Mohon tunggu...
Catur Nurrochman Oktavian
Catur Nurrochman Oktavian Mohon Tunggu... Guru - guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

guru mata pelajaran IPS di Salah satu SMP Negeri. suka menulis, dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang pendidikan IPS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru "Festival"

21 Agustus 2018   11:41 Diperbarui: 21 Agustus 2018   11:55 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Istilah guru festival muncul begitu saja dalam perbincangan hangat kami di ruang kerja Kadisdik Kab.Bogor, pertengahan Agustus 2017. Awalnya menyoroti guru yang mengikuti aneka lomba kompetensi namun seusai lomba tidak ada tindak lanjut pengembangan dirinya. 

Menguap bagai angin lalu. Selepas kegiatan kembali menekuni rutinitas lama tanpa melakukan perubahan mendasar pada diri dan lingkungannya. Mengapa hal ini terjadi? Besar kemungkinan karena tidak ada rencana tindak lanjutnya. Semata-mata hanya mengikuti lomba.

Kemudian ide baru coba dimunculkan dengan menambah format lomba guru inovatif dan kreatif. Dengan harapan agar terjaring guru yang memiliki pemikiran out of the box dan ide trengginas memajukan pendidikan melalui penerapan model atau media pembelajaran kreatif. Apa pun namanya, upaya dari dinas pendidikan patutlah diapresiasi. Tujuannya tentu meningkatkan mutu guru dan siswa. 

Pertanyaannya apakah kehadiran para guru berprestasi itu berimbas pada peningkatan mutu siswa? Karena tujuan akhirnya tetaplah meningkatkan mutu siswa. Meningkatnya mutu guru dan siswa akan berimbas kepada peningkatan mutu pendidikan yang tercermin pada kenaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu daerah khususnya bidang pendidikan.

Tidak ada yang salah dengan keberadaan guru festival atau apa pun julukannya itu. Yang terpenting bagaimana tindak lanjutnya. Jangan sampai mutiara terpendam yang dihasilkan dari ajang pemilihan lomba-lomba pendidikan menjadi tidak berharga sesudahnya. Perlu dievaluasi juga apakah guru juara kompetisi sudah menjadi agen perubahan di lingkungannya dengan berperan aktif mengembangkan diri dan berkarya.  

Sungguh disayangkan jika seusai mengikuti lomba kembali ke zona nyaman, berpuas diri dengan selembar sertifikat, dan bangga mendapat julukan guru juara lomba sekadar memenuhi angka kredit? Tanpa ada perubahan berarti pada siswa, kolega, dan  lembaga. Kenyataannya banyak perubahan justru ditorehkan guru yang tidak pernah mengikuti lomba-lomba sejenis.

Keberadaan lomba tidak dinafikkan pula telah berhasil menemukan potensi terpendam dan kemudian melejitkan karir guru tersebut. Tapi jika lomba diadakan dan kemudian diikuti oleh guru hanya demi peningkatan karir dan kepentingan pribadi maka tujuan lomba belum sepenuhnya berhasil. 

Tujuan akhirnya tetap meningkatkan mutu siswa dan mutu pendidikan. Kalau seusai dinobatkan sebagai guru berprestasi mengakibatkan sering meninggalkan kelas maka ini perlu dievaluasi kembali. Bukan tidak boleh mengembangkan diri. Tetapi sejatinya keberadaan guru di kelas tetap harus diutamakan.

Masalahnya ada pada guru itu sendiri. Mau atau tidak untuk mengembangkan diri terus menerus. Tidak berhenti hanya pada kegiatan lomba-lomba itu saja. Tapi justru menjadikan hasil yang didapatkan dari lomba sebagai saklar pemantik menyalakan api semangat untuk terus mengembangkan diri dan berperan aktif menularkan potensinya kepada lingkungannya. 

Mengikuti lomba bukanlah tujuan tetapi hanya sasaran antara saja. Tepatnya lomba sebagai sarana mengasah diri.  Kalau lomba menjadi tujuan maka potensi yang sudah menyala menjadi mudah redup kembali kalau tidak diimbangi dengan rencana tindak lanjut pengembangan diri. Jika hal itu terus berlanjut maka jangan heran istilah guru festival itu akan selalu muncul.

Wallahualam bishowab

Jakarta, 1 September 2017 
Selamat hari raya Idul Adha
Catur Nurrochman Oktavian

#penggagas Komunitas Gemar Menulis dan Membaca (KAGUM)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun