Mohon tunggu...
MS. Fitriansyah
MS. Fitriansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa yang gagal cumlaude

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negeri Sampah Katanya

24 November 2016   15:11 Diperbarui: 24 November 2016   15:47 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari manusia. Setiap hari banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga aktivitas mengkonsumsi barang-barang yang mereka butuhkan tak terhindarkan. Hasilnya, setiap hari akan terkumpul puluhan ton sampah yang berasal dari kegiatan industri maupun rumah tangga.

Di negeri tercinta Indonesia, sampah merupakan masalah klasik. Sebab permasalahan mengenai sampah dari tahun ke tahun belum menemui solusi yang tepat. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Padatnya penduduk tidak di imbangi dengan pengelolaan lahan pemukiman yang teratur. Di Ibukota Jakarta misalnya, setiap tahun mengalami peningkatan penduduk. Sumber data yang berasal dari Permendagri nomor 39 tahun 2015 menyebutkan, penduduk Jakarta mencapai 9.988.495 jiwa. Sedangkan luas wilayah Jakarta mencapai 664,01 km2. Banyak sekali perantau yang datang dengan pelbagai tujuan. Mengisi ruang demi ruang di lahan ibukota. Lahan pun semakin sempit dan beralih fungsi. Bila melihat padatnya penduduk ibukota, maka sampah yang dihasilkan akan menggunung pula.

Banyaknya sampah akan membutuhkan lokasi penampungan yang memadai. Agar sampah-sampah tersebut tidak menggunung. Menurut Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jika Stadion Gelora Bung Karno adalah tempat penampungan sampah, maka dalam satu tahun Indonesia membutuhkan 122 tempat penampungan sampah sebesar Stadion Gelora Bung Karno.

Sampah-sampah yang kita temui sehari-hari memiliki berbagai bentuk. Menurut sifatnya, sampah dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah organik (dapat diurai) dan sampah anorganik (tidak terurai).  Karena sampah organik dapat diuraikan, maka manusia memanfaatkannya sebagai pupuk kompos. Seperti sisa makanan, buah-buahan, sayuran dan daun-daun kering. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang tidak mudah terurai. Misal, plastik, kaleng dan kaca. Karena sifatnya yang tidak mudah terurai, sebagian besar manusia memilih untuk membuangnya.

Sampah-sampah yang tidak terurai tersebut menjadi sumber bencana bagi negeri ini. Setiap harinya sampah terus menerus terkumpul. Salah satu jenis sampah yang sering ditemui dalam kehidupan sehari adalah plastik. Plastik digunakan manusia untuk berbagai jenis kebutuhan. Misal perabotan rumah tangga, alat-alat dapur, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sehingga sampah plastik tiap tahun terus meningkat. Dan akan mengancam kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. 

Menurut penelitian yang dilakukan ilmuan Jenna R. Jambeck yang berhasil merilis 20 daftar negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Diantara 20 negara tersebut, Indonesia menduduki urutan kedua dibawah China. China menjadi negara dengan penghasil sampah plastik terbesar di dunia dengan 3,53 juta metrik ton per tahun. Disusul Indonesia dengan 1,29 juta metrik ton per tahun. 

Sampah plastik yang tidak diberdayakan akan mengakibatkan tanah menjadi tandus. Tidak itu saja, sampah plastik yang hanyut dibawa arus sungai akan terbawa hingga ke laut. Banyaknya sampah plastik yang terbuang ke laut tentu saja akan mengancam kehidupan biota-biota laut. 

Menurut data yang disajikan United Nation of Environmental Program (UNEP), setiap tahunnya sampah plastik membunuh hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut dan ribuan jenis ikan. Burung laut dan biota laut yang terjerat dan menelan sampah plastik merupakan penyebab kematian berbagai biota laut tersebut. Jika terus dibiarkan maka kematian biota laut akan terus meningkat. Hingga berpotensi mengalami kepunahan.

Sampah-sampah yang berasal dari rumah tangga maupun industri seharusnya bisa dimanfaatkan. Sebelum dibuang sampah-sampah tersebut tentu bisa di daur ulang. Barang-barang yang tidak terpakai seperti botol air mineral, kantong plastik dan berbagai jenis kayu bisa dibuat kerajinan tangan. Hasilnya dapat di jual atau sebagai hiasan rumah. Melalui kreatifitas-kreatifitas tersebut diharapkan akan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Agar sampah yang dihasilkan menurun, setiap pabrik industri seharusnya mempunyai lembaga yang memberdayakan sampah. Pabrik tak cukup hanya memiliki tempat pembuangan sampah-sampah yang mereka hasilkan. Dalam jangka panjang sampah tersebut akan menjadi masalah bagi lingkungan jika terus dibiarkan. Disitulah perlunya kretaifitas pengolahan sampah oleh manajemen pabrik. Sampah-sampah tersebut bisa menjadi pemasukan untuk pabrik dan lingkungan sekitar dapat terjaga kelastariannya.

Pemilihan lokasi industri juga harus diperhatikan pihak terkait. Lokasi yang tak sesuai dan terkesan memaksakan akan merugikan banyak pihak. Maka dari itu dalam pemilihan lokasi diusahakan jauh dari pemukiman warga dan tidak mengganggu keberlangsungan makhluk hidup lain.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun