Kami melepaskan penat di restoran tersebut. Sungguh Bahagia, saat saya melihat anak dan istri duduk berhadap-hadapan. Mereka begitu menikmati soto ayam yang ada di depannya.
Konon, soto ayam tersebut sudah lama menjadi langganan. Sejak istri saya mengenyam pendidikan tinggi di Solo. Alias, saya belum menjadi suaminya.
Â
Bukan itu saja, saya juga melihat betapa gembiranya bapak mertua yang biasa dipanggil Yangkung. Itu adalah saat terindah, saat saya melihat Yangkung dalam kondisi sehat. Dan, masih bekerja di perusahaan kontraktor.
Namun, setahun kemudian, Yangkung harus keluar masuk rumah sakit di Ngawi. Untuk menjalani operasi pendarahan di otaknya. Karena, akibat jatuh di jalan berlubang. Saat naik sepeda motor dari Solo ke Ngawi.
Kondisi badannya sungguh mengerikan. Kurus kering, rambut penuh uban dan tampak lebih tua dari usianya. Â Semua keluarga merelakan apapun yang terjadi. Karena, secara logika, tidak akan sembuh kembali. Tengkorak kepalanya harus dibor sebanyak 2 buah, untuk menyedot darah kotor di dalam otak. Yangkung koma lebih dari seminggu di rumah sakit.
Namun, keajaiban selalu ada, karena doa kami yang tiada henti. Saya merelakan untuk meninggalkan kerja di Bali. Demi menunggu siang dan malam di rumah sakit. Untuk memantau perkembangan kesehatannya. Dan, berharap keajaiban dari Allah SWT. Alhamdulillah, kini Yangkung tampak sehat kembali.
Pesan Saat Halal Bihalal Terakhir
Â
Menarik, halal bihalal saya dan istri ke Solo sehabis Hari Raya Lebaran tahun 2018 adalah terakhir kali. Maksudnya, saya sempat bermaaf-maafan dengan pak Lik Sukarmin. Saudara ibu mertua yang paling muda dan masih hidup.