Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bergembiralah, Namun Jangan Seperti Lebarannya Qarun dan Abu Lahab

4 Juni 2019   11:14 Diperbarui: 4 Juni 2019   11:30 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lebaran (shutterstock)

Dalam waktu yang tidak lama lagi, dalam hitungan jam, umat Islam yang telah berpuasa selama sebulan penuh akan segera merayakan hari kemenangan, Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Dikatakan hari kemenangan karena mereka telah berhasil melawan hawa nafsu yang sering mengajak manusia pada jalan keburukan.

Hari raya atau lebaran idul fitri merupakan hari yang dinanti-nantikan oleh umat Islam yang berpuasa. Pada hari itu mereka bergembira dan bersuka cita sambil mengucapkan Taqabballahu minna waminkum kepada saudara-saudara muslim lainnya.

Suasana lebaran begitu terasa bila sebelumnya mereka telah melakukan berpuasa dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Dengan selesainya menjalani ibadah puasa yang telah melarang mereka makan, minum, dan hal-hal yang dapat membatalkannya, kini umat Islam dibebaskan untuk menikmatinya kembali.

Malam ini nanti setelah pelaksanaan shalat magrib seluruh umat muslim mulai bertakbir mengagungkan asma Allah sebagai bentuk syukur kepada Nya karena manusia telah dibebaskan dari segala dosa. Manusia telah menjadi sosok yang telah bersih dari segala dosa seperti seorang bayi yang baru lahir.

Idul fitri berarti menandakan bahwa manusia yang selama sebelum ramadan dilumuri dengan berbagai dosa kini kembali kepada asalnya yakni fitri (fitrah). Mereka kaum shaimin telah terlahir kembali sebagai manusia yang baru.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wasallam menganjurkan umatnya untuk merayakan hari idul fitri dengan berbagai kebaikan dan kemuliaan. Misalnya sejak malam sampai pagi atau menjelang subuh mengumandangkan takbir di masjid-masjid. Lalu dilanjutkan pada pagi hari sebelum pelaksanaan shalat idul fitri.

Biasanya shalat idul fitri dilakukan ditempat terbuka, hal ini sesuai dengan sabda rasulullah agar shalat ied dilakukan dilapangan luas. Sunnah nabi ini berkaitan dengan syiar Islam. Jika biasanya shalat lima waktu dilakukan di dalam masjid maka shalat ied dianjurkan diluar masjid kecuali ada halangan atau hujan misalnya, itu diperbolehkan di dalam masjid.

Sejak pukul 07.00 masyarakat berbondong-bondong menuju tempat-tempat shalat. Sambil bertakbir, para jamaah disunnahkan untuk berjalan kaki secara bersama-sama dengan jamaah lainnya. Dianjurkan pula agar saat pulang melewati jalan lain yang berbeda dengan saat pergi. Filosofi dibalik ini agar kita dapat berjumpa dengan banyak orang lalu saling bersalam-salaman dan memaafkan satu sama lain.

Jangan lupa pada hari raya Idul Fitri agar menggunakan pakaian baru jika ada. Ini bagian dari sunnah nabi yang sangat dianjurkan.

"Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu 'Anhu, bahwa: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang kami punya, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang kami punya, dan berkurban dengan hewan yang paling mahal yang kami punya." (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun