Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Jargon 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' Tidak Menarik Pada Pilpres 2019? Padahal Romahurmuziy Pernah Mengikrarkannya

16 Maret 2019   22:16 Diperbarui: 16 Maret 2019   22:48 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi berbincang dengan Ketua Umum PPP Romahurmuziy didampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (tempo.co)

Menurut Peneliti dari Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi, dan dan Sosial (LP3ES) Dr Adnan, Pancasila merupakan sebuah karya dari kehebatan founding fathers bangsa Indonesia di dalam meracik sebuah ideologi jalan tengah diluar ideologi Islam dan ideologi sekuler liberal atau barat. Karya besar ini kemudian menjadi sebuah ideologi bersama yang disepakati oleh rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kehebatan Pancasila memang sudah memberikan bukti karena telah mampu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sejak paska kemerdekaan. Sehingga negara Indonesia masih dapat berdiri kokoh disebabkan seluruh komponen bangsa memiliki komitmen terhadap Pancasila itu sendiri.

Sehingga pada masa orde baru Politik Pancasila dan politisasi Pancasila demikian kuat dijalankan sebagai strategi memenangkan pemilu terutama pemilu legislatif. Presiden Soeharto saat itu menggunakan isu Pancasila sebagai alat "memukul" partai politik lawan politiknya.

Sebagaimana sudah sama-sama diketahui Golkar merupakan partai paling berkuasa di era orde baru. Hampir saja anggota DPR RI seluruhnya dari partai berlambang pohon beringin tersebut. Ditambah lagi dengan dukungan fraksi TNI/Polri membuat kekuasaan Soeharto semakin tidak ada lawan.

Namun bagaimana dengan Presiden sekarang? Apakah menggunakan Pancasila sebagai alat mempertahankan kekuasaan? Jawabannya tentu saja iya. Karena Pancasila merupakan dasar negara dan sekaligus landasan ideologi politik Indonesia. Maka ketika ada jargon " saya Indonesia, saya Pancasila" seperti pernah diucapkan oleh Ketum PPP Romahurmuziy (tersangka KPK) merupakan model strategi Politik Presiden Soeharto dieranya.

Dan jargon itu (saya Indonesia, saya Pancasila) pernah pula jadi trending topik ketika pemilukada Gubernur DKI Jakarta yang kemudian dimenangkan oleh pasangan Anies-Sandi dan mengalahkan pasangan Ahok-Djarot meskipun mereka pasangan petahana.

Lalu awal-awal masa kampanye capres cawapres pilpres 2019 jargon tersebut memang sempat muncul dikalangan salah satu pendukung capres. Namun entah mengapa brending itu tidak bertahan lama. Bahkan cenderung tenggelam hingga menghilang sampai hari ini. Mengapa begitu ya? Apakah isu Pancasila kian tidak menarik untuk meraih dukungan rakyat?

Sehingga narasi dan diksi yang kini justru sangat populer sepanjang kampanye pilpres adalah isu-isu agama. Karakter dan penampilan capres pun didandan sedemikian rupa agar terlihat Islami dan agak mirip-mirip kiyai ataupun penganut agama yang taat. Nah ini juga patut dipertanyakan, mengapa isu Islam?

Ataukah kata kunci yang mewakili Pancasila diganti dengan frasa kebangsaan? Bisa jadi, karena kedua capres yang saat ini sedang bersaing terlihat sangat sering menggelar acara yang selalu dikaitkan dengan kebangsaan. Misalnya acara Parade Kebangsaan yang akan diadakan di Provinsi Jawa Tengah dengan menelan biaya 18 milyar rupiah dari anggaran daerah. Padahal acaranya setengah hari, itupun hanya dihadiri oleh salah satu pendukung capres saja.

Disisi lain komitmen pemerintah Jokowi-Jk menjaga dan mengawal Pancasila juga sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan terbentuknya lembaga khusus yang diciptakan untuk tugas tersebut. Dan organisasi itu diisi oleh orang-orang hebat yang sangat mencintai Pancasila.

Lembaga tersebut dinamakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau disingkat BPIP adalah lembaga yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Presiden. Konon gaji mereka pun mencapai ratusan juta rupiah. Karena diduga memiliki tugas dan tanggungjawab yang sangat besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun