Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fortifikasi Pangan, Prevalensi Stunting, dan Debat Capres yang Hanya Fokus pada Ekonomi

19 Februari 2019   21:45 Diperbarui: 22 Februari 2019   08:08 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gizi buruk (Reuters)

Kedaulatan pangan suatu negara menjadi ukuran sangat penting tentang ketahanan nasional negara tersebut. Semakin negara itu berdaulat atas pangan yang mereka hasilkan, miliki, dan mampu memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya, maka semakin kuat ketahanan nasional negara itu.

Bahkan bisa dikatakan pangan menjadi benteng strategis dalam mempertahankan kedaulatan nasional suatu negara. Sehingga antara pangan dan kedaulatan negara menjadi satu ikatan yang saling menguatkan. Begitu pentingnya perihal pangan.

Apalagi pada era globalisasi. Persoalan pangan dan energi menjadi aspek yang dijadikan sebagai isu utama persaingan global. Hampir seluruh negara yang ada didunia saat ini telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap sektor pangan dan energi.

Karena pangan dapat mempengaruhi kekuatan bangsa, sumber daya manusia (SDM), dan kekuatan politik negara-negara. Hal ini dapat dikonfirmasi bagaimana sejarah penjajahan Jepang, Belanda, dan sekutu yang masuk ke Indonesia, semuanya menguasai sumber daya pangan Indonesia dengan tujuan untuk melemahkan dan menciptakan ketergantungan bangsa Indonesia terhadap para kolonialis.

Dalam konteks hari ini, sumber daya pangan bukan hanya masih berperan sebagai benteng pertanahan nasional, namun juga menjadi telah komoditas politik yang dapat menjadikan seorang presiden terguling dari tampuk kekuasaannya. Dan yang lebih penting lagi adalah pangan erat kaitannya dengan sumber daya manusia.

Sebagaimana diketahui bahwa pangan merupakan salah satu sumber energi dan gizi bagi jutaan rakyat Indonesia. Dengan kecukupan gizi membuat rakyat Indonesia menjadi sehat dan cerdas. Sehingga akan tercipta kekuatan sebagai sebuah bangsa karena adanya sumber daya manusia yang kuat pula.

Masa depan bangsa Indonesia sangat tergantung pada pangan dan gizi. Karena dari situ akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karenanya ketersediaan pangan bukan hanya tersedia dalam bentuk jumlah namun pangan tersebut juga mengandung nutrisi dan kaya akan gizi.

Berdasarkan Global Nutrition Report 2018, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami beban gizi ganda. Beban gizi ganda adalah masalah gizi berupa berat badan kurang dan berat badan lebih yang terjadi dalam satu populasi (World Bank, 2012). Beban gizi ganda ini masih menjadi masalah gizi pada tingkat global maupun nasional.

Menurut laporan World Bank meskipun pembangunan Indonesia telah banyak mencapai kemajuan namun masalah gizi buruk masih menjadi persoalan tersendiri. Dan masalah stunting, atau tubuh pendek,menjadi masalah besar. Akan tetapi banyak masyarakat yang belum menyadari betapa besarnya perihal tersebut. Bahkan pemerintah tergolong lamban menanganinya.

Stunting adalah tanda kurang gizi kronis, dan dampak paling merugikan adalah terhadap perkembangan otak. Inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa akan datang.

Saat seorang anak terkena stunting, produktivitas mereka akan menurun. Kemampuan berpikir pun menjadi lambat, dan dengan kondisi kurang bergairah atau tidak semangat. Kondisi ini sebagai akibat dari terjadinya malnutrisi yang diderita oleh anak-anak Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun