Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Darurat Sampah Plastik, Laut Bukan Tempat Sampah

22 November 2018   10:07 Diperbarui: 24 November 2018   11:53 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: en.netralnews.com

Tragis sekali berita kematian seekor Paus jenis sperma (sperm wale) di perairan Wakatobi Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin (19/11/2018). Meskipun masih dalam penyelidikan lebih lanjut tentang penyebab kematian, namun sejumlah fakta ditemukan dilapangan dugaan sementara hewan tersebut menemui ajalnya karena banyak makan sampah plastik.

Hewan laut yang memiliki panjang 9,6 meter itu mengkonsumsi sebanyak 5,9 kg sampah plastik yang ditemukan didalam perutnya. 

Sebagaimana diketahui sampah plastik tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan paus, berbeda halnya dengan tulang ikan misalnya, meskipun keras namun dapat dicerna.

Melakukan sosialisasi kepada masyarakat pesisir tentang pengelolaan sampah plastik agar tidak mencemari laut, penulis bersama Kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Sabang, Aceh menemui warga untuk memberikan edukasi (foto lama)/dokumentasi pribadi
Melakukan sosialisasi kepada masyarakat pesisir tentang pengelolaan sampah plastik agar tidak mencemari laut, penulis bersama Kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Sabang, Aceh menemui warga untuk memberikan edukasi (foto lama)/dokumentasi pribadi
Begitu banyakkah sampah plastik di laut Indonesia?

Jika kita berkunjung ke pantai kerap kita menemui sampah plastik begitu bertebaran di sepanjang garis pantai. Polusi plastik seperti sudah menjadi pemandangan biasa ditengah-tengah masyarakat. Padahal sampah plastik sangat berbahaya. Selain merusak lingkungan juga berbahaya bagi hewan.

Kepala angkatan laut PBB Svensson kepada BBC News menjelang pertemuan tingkat tinggi PBB di Nairobi sebagaimana dilansir KOMPAS.com, (5/12/2017), mengatakan "ini adalah krisis planet. Setelah beberapa dekade yang singkat sejak manusia menggunakan plastik, kita justru merusak ekosistem kelautan."

Fenomena sampah plastik bukan hanya masalah yang sudah menjurus krisis di Indonesia bahkan hampir diseluruh dunia. Kini sampah plastik telah menjadi bagian utama penyebab kerusakan planet ini. 

Oleh karena itu negara-negara didunia harus memikirkan secara lebih serius bagaimana upaya menghilangkan sampah plastik dari kerusakan lingkungan hidup.

Badan PBB untuk Program Lingkungan, United Nations Environment Programme (UNEP) mengungkapkan, kerugian yang timbul akibat pembuangan sampah plastik mencapai USD13 miliar atau Rp153 triliun per tahun dengan tingkat produksi plastik mencapai 280 juta ton yang diproduksi secara global setiap tahunnya.

Dari sebanyak itu, hanya sebagian kecil saja yang didaur ulang, selebihnya berakhir dilautan. Inilah yang menjadi pemicu terjadinya kerusakan lingkungan dan ancaman bagi hewan serta biota laut. Seperti yang dialami oleh paus di Wakatobi. Belum lagi dampak buruk bagi penyu, dan lain sebagainya.

Namun pernyataan sebaliknya, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik (Inaplas) Indonesia, Fajar Budiyono sampah plastik saat ini hanya sekitar 15% dari volume sampah yang ditemukan di tempat pembuangan akhir. Mayoritas sampah plastik dipungut justru menjadi bahan baku industri daur ulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun