Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Cerita di Balik Penikmat Masakan Sakura-san

3 Januari 2019   18:05 Diperbarui: 4 Januari 2019   10:17 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari awal menikmati serial ini, Sakura no Oyakodonburi, saya tidak habis pikir mengapa ada seorang pemilik toko buku sederhana yang dengan senang hati menjadikan toko bukunya sebagai tempat mengisi perut. Mungkin wajar jika hanya tempat singgah, tapi tempat makan bagi tamu yang kelaparan, saya rasa kok tidak.

oyakodon-bikinan-sakura-5c2df8eeaeebe15d631da6aa.png
oyakodon-bikinan-sakura-5c2df8eeaeebe15d631da6aa.png
ceritanya oyakodon buatan Sakura
ceritanya oyakodon buatan Sakura
Pemilik toko buku, Sakura-san, dengan senang hati memasakkan oyakodon bagi para pengunjung yang datang, gratis tanpa dipungut biaya sedikit pun. Tamu yang datang hanya diminta menuliskan nama mereka, itu saja.

Terus terang, dari beberapa sisi, apa yang dilakukan Sakura-san agak kurang bisa diterima akal sehat, Setidaknya sebagian orang. Bagaimana Sakura-san bisa dan rela menyediakan oyakodon di toko buku yang lebih cocok disebut sebagai perpustakaan ini. Untuk apa Sakura-san repot-repot menyediakan menu ini buat mereka. Apa Sakura-san yakin mereka benar-benar punya niat yang baik.

Pelu diketahui, mereka yang berkunjung ke toko buku Sakura-san tidak semuanya benar-benar berniat membeli atau minimal membaca buku yang dipajang di toko Sakura-san. Sebagian dari mereka datang karena mereka benar-benar lapar atau memang belum makan. Sebagian dari mereka bahkan kembali ke tempat Sakura-san untuk sekedar menikmati kembali menu Sakura-san.

Pertanyaannya sekarang, memangnya apa sih yang didapat Sakura-san dari kebiasaan menariknya tersebut. Apa alasan Sakura-san dengan senang hati menyediakan itu semua buat mereka.

Bukannya mendapat jawaban, saya justru makin mendapat kesan bahwa jawaban itu tidak lagi penting, setidaknya ketika melihat dan mendengar cerita para pengunjung yang datang. Di salah satu episodenya, saya justru diajak melihat seorang pemuda yang bekerja paruh waktu di pasar swalayan sebelum menyempatkan datang ke toko Sakura-san. Pemuda itu sama sekali tidak malu meminta kelopak-kelopak kubis yang memang tidak digunakan atau pinggiran-pinggiran roti tawar yang memang tidak diperjualbelikan. Semua itu diambilnya untuk makan sehari-hari ia dan adiknya. Kebetulan kakak beradik itu hanya tinggal berdua, dengan seizin pemilik atau pengawas swalayan tentunya.

gambar diambil dari serial Sakura Oyakodon (fuji tv)
gambar diambil dari serial Sakura Oyakodon (fuji tv)
kenapa sampai rela minta sayur ma bahan makanan sisa dan nggak malu lagi
kenapa sampai rela minta sayur ma bahan makanan sisa dan nggak malu lagi
no comment (Screenshoot pribadi)
no comment (Screenshoot pribadi)
suwer, liat anak ini sedih ngga tega beneran, tapi apa sekedar ga tega udah cukup? (screenshoot pribadi)
suwer, liat anak ini sedih ngga tega beneran, tapi apa sekedar ga tega udah cukup? (screenshoot pribadi)
mungkin ketika ngeliat reaksi ibu ni anak, saya cuma bisa (screenshoot pribadi)
mungkin ketika ngeliat reaksi ibu ni anak, saya cuma bisa (screenshoot pribadi)
Pada episode lainnya, kita eh saya juga diajak bertemu "pelanggan lama" yang sekarang berkunjung ke toko buku Sakura dengan putri tunggal kecilnya. Terus terang saya berharap "pelanggan lama" oyakodon Sakura ini datang memberi kabar gembira, setidaknya memberi ucapan terima kasih karena pernah dijamu Sakura dengan oyakodon enak buatannya, tapi apa lacur, kedatangan ibu muda dan putri kecilnya memberikan alasan (lagi) kenapa Sakura memberikan menu cuma-cuma ini pada ibu dan anak kecil yang lucu ini.

oya dan ko (screenshoot pribadi)
oya dan ko (screenshoot pribadi)
Terus terang, meski penampilan para pemerannya terlalu sedap dipandang untuk bisa dibilang layak diberi hidangan gratis, sejauh ini cerita para pengunjung yang datang membuat saya setidaknya memahami alasan mereka datang ke toko buku Sakura setidaknya satu hingga dua kali, lantaran saya mungkin akan melakukan hal yang sama bila jadi mereka atau Sakura-san.

harmoni orang tua dan anak (screenshoot pribadi)
harmoni orang tua dan anak (screenshoot pribadi)
ngomong-ngomong di tempat saya meja makan jadi tempat buat makan bukan cerita, ga tau klo di tempat lain (screensoot pribadi)
ngomong-ngomong di tempat saya meja makan jadi tempat buat makan bukan cerita, ga tau klo di tempat lain (screensoot pribadi)
Sakura-san mendengarkan cerita sekaligus memuaskan perut mereka. Kadang, meski tidak benar-benar meringankan beban mereka, dua hal tadi sudah cukup bagi sebagian orang.

*oyako donburi,   ayam kuah kaldu dengan kocokan telur, bawang bombay, dan taburan daun bawang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun