Mohon tunggu...
dicky_walker
dicky_walker Mohon Tunggu... Humble, friendly, adaptable

Mahasiswa yang tertarik dengan berbagai hal-hal baru dan pengalaman baru, mudah beradaptasi & humble

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Tua Murid Enggan Bertanggung Jawab atas Kasus Keracunan Program MBG

26 September 2025   11:10 Diperbarui: 26 September 2025   18:36 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan ini, muncul persoalan serius terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan di sejumlah sekolah. Program yang sejatinya bertujuan baik, yakni menyediakan asupan bergizi bagi anak-anak sekolah agar lebih sehat dan berprestasi, justru menimbulkan polemik ketika terjadi kasus  keracunan makanan. Ironisnya, banyak orang tua murid enggan bertanggung jawab jika anak mereka menjadi korban, seolah semua beban hanya harus dipikul pihak sekolah atau penyelenggara program. 

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar tentang kesadaran dan rasa tanggung jawab bersama dalam menjaga keselamatan anak. Ketika sebuah program dijalankan, tentu risiko dan kendala bisa muncul, apalagi jika menyangkut makanan yang harus benar-benar higienis. Namun, menyalahkan sepenuhnya pihak sekolah tanpa mau ikut andil dalam pengawasan jelas bukan sikap yang bijak. Orang tua seharusnya juga memahami bahwa keberhasilan program MBG tidak hanya ditentukan oleh penyelenggara, tetapi juga kerjasama seluruh pihak, termasuk mereka sendiri.

Dalam beberapa kasus, ditemukan bahwa makanan yang disajikan tidak selalu sesuai standar. Ada yang terkontaminasi, ada juga yang kualitasnya menurun karena proses distribusi yang kurang baik. Namun, orang tua seringkali hanya menuntut dan jarang untuk ikut mengawasi, padahal mereka bisa berperan aktif, misalnya dengan memberikan masukan kepada sekolah atau turut memastikan vendor penyedia makanan dapat dipercaya. Menutup mata lalu hanya menuntut, membuat program MBG rawan gagal ditengah jalan.

Jika sikap ini terus dibiarkan, tujuan utama MBG untuk meningkatkan gizi anak bangsa akan terhambat. Anak-anak bisa kehilangan kesempatan mendapatkan asupan sehat, dan sekolah pun menjadi serba salah. Pemerintah sudah berusaha memberikan dukungan, sekolah mencoba menjalankan program, tetapi tanpa dukungan orang tua, sistem ini akan timpang.

Tanggung jawab bersama seharusnya menjadi kunci. Jika terjadi keracunan, tentu investigasi harus dilakukan secara transparan untuk menemukan penyebab. Bila memang kesalahan ada di pihak penyedia makanan, sudah selayaknya ada sanksi. Tetapi, orang tua juga perlu menyadari bahwa pengawasan sejak awal bisa mengurangi risiko. Membiarkan semua beban dipikul sekolah justru menunjukkan kurangnya rasa peduli terhadap keselamatan anak-anak mereka sendiri.

Program MBG seharusnya menjadi ladang kerjasama yang solid antara sekolah, pemerintah, dan orang tua. Bukan menjadi ajang saling lempar tanggung jawab. Jika setiap pihak maau terlibat aktif, kasus keracunan bisa diminimalisir, dan cita-cita membangun generasi sehat, cerdas, serta berprestasi bisa benar-benar tercapai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun