Mohon tunggu...
Humaniora

Dari Pemuda untuk Bangsa Indonesia

20 Maret 2018   00:44 Diperbarui: 20 Maret 2018   01:20 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ditambah lagi dalam firman-Nya Surat An-nisa ayat 9 yang melarang manusia untuk meninggalkan orang-orang yang tertinggal dibelakangnya yang khawatir akan kesejahteraan mereka. Maka, misi-misi pergerakan dalam sebuah organisasi harus bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang masih tertinggal dan terancam kehidupannya.

Mungkin hal tersebut yang sementara dapat saya realisasikan untuk saat ini. bagaimana di masa lalu? Atau bahkan di masa depan? Muncul pertanyaan lagi, bagaimana seharusnya sumbangsih kita sebagai pemuda dalam memajukan kehidupan berbangsa, bernegara, juga beragama?

Di masa lalu, sejak kecil saya diajarkan untuk bermanfaat kepada sesame. Bersama orang tua yang sejak muda telah menjadi aktivis kemasyarakatan dan selalu berdakwah untuk memajukan kehidupan berbagsa melalui penguatan religiusitas. Ditambah lagi memiliki kakak yang juga menjadi aktivis masyarakat yang hingga saat ini memiliki yayasan serta  memiliki segudang prestasi yang sangat membanggakan. 

Prestasi yang tidak hanya untuk dirinya sendiri namun juga berguna untuk orang lain. Bagaimana dengan diri saya pribadi? Prinsip kompetitif sekaligus kolaboratif selalu saya gunakan untuk berguna bagi masyarakat melalui jalan yang saya tempuh, tentunya masih dalam tahap pembelajaran. Sejak sekolah menengah pertama telah aktif dalam berbagai kegiatan organisasi yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan hingga saat ini.

Di masa depan, saya memimpikan banyak sekali keinginan yang ingin saya wujudkan. Salah satunya mejadi wirausaha. Sejatinya agar dapat berkontribusi secara materiil kepada khalayak luas. Maka yang saya lakukan saat ini adalah berjuang untuk menuju apa yang menjadi impian di masa depan, sembari memantapkan jiwa-jiwa kepemimpinan di masa muda.

Nah, bagaimana seharusnya kita sebagai pemuda dalam berkontribusi nyata bagi kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama? Pertama, jelas pondasi keilmuan yang harus dikuatkan sebagai penopang akal, pikiran dan bermacam gagasan untuk masa depan. salah satunya dengan membaca. Tokoh besar seperti Bill gates, Mark Zuckerberg, Bung Karno, Gus Dur, Ahmad Dahlan dan lainnya juga mengawali kepemimpinannya dengan menggemari aktivitas membaca.

Kedua ialah dengan memantapkan potensi yang ada. Dalam buku The Power of Appreciative Inquirykarya Diana Whitney dan Amanda Trosten Bloom menjelaskan bahwa menggunakan prinsip AI dengan visi masa depan serta untuk pegembangan dan penguatan karakter diri sangat dianjurkan. Terutama sebagai generasi muda dalam hal memaksimalkan potensi, minat dan bakatnya. Tentunya dengan semangat untuk berguna bagi masyarakat juga.

Ketiga, dengan mengembangkan daya kreatif setiap pemuda. Karena jalur perjuangan pemuda sejatinya terlihat dari bagaimana dinamisnya pikiran dan pergerakan mereka. Hal tersebut yang menjadi pembeda antara pemuda dan generasi lainnya.

Beragam hal tersebut yang mungkin dapat berguna bagi pemuda dan sumbangsihnya untuk masyarakat luas. Inti dari kehidupan ialah bergerak. Bergerak untuk menuju lebih baik, juga menggerakkan agar bersama-sama untuk hidup lebih baik pula. Salam pergerakan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun