Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bisakah Kita Bersikap Adil dalam Melihat Konflik Israel Vs Palestina?

17 Mei 2021   22:29 Diperbarui: 17 Mei 2021   22:53 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Adil adalah karakter dasar dalam berpikir ilmiah  dalam mencari kebenaran. Akan tetapi tidak  dalam semua kejadian kita bersikap adil, kadang kita tidak bisa memisahkan perasaan kita dalam melihat sebuah permasalahan, kita terjebak untuk berpihak pada kelompok tertentu sehingga kita tidak bisa adil. Adil dalam KBBI(Kamus Besar Bahasa Indonesia) mempunyai arti 1) sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, contoh keputusan hakim itu adil, 2) berpihak kepada yang benar 3) sepatutnya tidak sewenang-wenang.

Bisakah kita melihat konflik Israel dan Palestina dengan adil?? Tidak mudah melihat konflik itu secara adil, apalagi bagi mayoritas masarakat kita yang melihat Israel sebagai "musuh bersama". Ada banyak landasan teologis yang bisa digunakan untuk memberikan stigma kepada Israel yang bisa disebut laknatullah (semoga Allah melaknatnya). Begitu pula yang mendukung kebijakan Israel dengan melakukan penyerdehanaan konflik, bukan konflik Israel vs Palestina, tetapi Israel vs Hamas. Dan kita ketahui bersama kelompok Hamas sering diberitakan oleh media barat sebagai kelompok yang sering melakukan teror.

Memang ada kenyataan yang agak memprihatinkan di Palestina,  ketika para pejuang kemerdekaan Palestina dan para pendukungnya meminta dunia untuk bersatu mendukung perjuangan mereka, namun di Palestina sendiri ada konfilk yang sering terjadi antara Hamas dan Fatah. Memang ada perbedaan ideologis antara keduanya, tetapi apakah setiap negara tidak mempunyai akar ideologis dan kepentingan yang berbeda-beda pula sehingga diharapkan bisa bersatu untuk mendukung mereka??. 

Perjanjian yang dilakukan atas nama pemerintahan Palestina belum tentu diterima oleh fraksi Hamas, sehingga implementasi dari perjanjian itu tidak bisa diwujudkan. Begitu juga apa yang dikembang oleh pemerintah Israel bisa diterima oleh beberapa fraksi dari kelompok ekstrem Israel.

Ketika kita hanya melihat radikalisme hanya ada pada Hamas dari pihak Palestina, tentu kalau kita ingin adil,  kita harus juga melihat unsur radikalisme yang menjurus ke terorisme dari kelompok ekstrem Yahudi. Kelompok ekstrem Yahudi mempunyai adil dalam beberapa kekerasan yang terjadi terhadap warga sipil Palestina atas doktrin lama ingin membangun tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Jika kita ingin bersikap adil harus memperhatikan dua unsur radikalisme itu. Ingat kasus penembakan Yizthak Rabin pasca perjanjian Oslo!? 

Radikalisme bisa menjadi hantu bagi perdamaian yang dibangun dari kedua kubu yang berkonflik.

Dalam konflik Israel  vs Palestina publik akan lebih mudah mendukung Palestina yang dalam setiap banyak konflik menjadi pihak yang banyak korbannya, Israel yang didukung dengan peralatan militer canggih sering melakukan secara frontal ke jalur Gaza, korban sipil tidak bisa dihindarkan lagi, bahkan fasilitas kesehatan bisa hancur karena serangan tersebut. Maka wajar saja jika publik melihat Israel menjadi yang harus bertanggung jawab dalam korban sipil dan kerusakan sarana pra sarana yang ada di Gaza. Namun ketika kita hanya membahas korban sipil di Gaza, tentu kita juga tidak boleh mengabaikan adanya korban dari pihak Israel walaupun korbanya lebih sedikit.  

Solusi  yang paling rasional bagi konflik Israel vs Palestina, namun terasa sangat sulit karena ada unsur radikalisme di kedua kubu. Tentu secara kemanusian kita tidak ingin melihat negara Israel dihancurkan atau bangsa Palestina harus terusir dari tanah kelahirannya. Impian ideal  dari kemansuain kita, tentu ingin keduanya bisa hidup damai sebagai sebuah tetangga. Karena saya yakin impian semua manusia adanya bisa hidup damai. Konflik sekecil apapun akan membuat kita kehilangan salah satu sisi kebahagiaan kita.

Bisakah kita adil dalam melihat kasus konflik Israel vs Palestina?? Rasanya menjadi sebuah pertanyaan yang konyol ketika sebuah konflik menguras sisi yang paling emosional dalam diri kita. Apalagi di media sosial yang terbiasa berpikir hitam putih, anda  kubu sebelah atau berdiri bersama kami, kami pro Hamas atau pro antek Israel. Titik temunya adalah rasa kemanusian, tentu saja rasa empati terhadap korban di Gaza dan juga korban di pihak Israel. Di media sosial rasanya tidak ada ruang bagi kita untuk memandang sesuatu secar adil.

Seseorang yang berdiri di tengah, bisa saja menjadi musuh bagi kedua kubu. Karena melihat sisi kurang dari kedua kelompok yang bertikai, dalam perang yang mengandalkan serangan jarah jauh, rakyat sipil selalu menjadi korban, pasti di sisi gelap dari kedua pihak yang berkonflik. Namun sikap adil menjadi sesuatu yang harus kita lakukan saat kita ingin menemukan dan mengembangkan kebenaran.

Tidak mudah menyatukan Israel dan Palestina setelah sedemikian banyak luka yang ditorehkan, anak-anak di Gaza yang melihat kelaurga tewas karena rudal Israel dengan dibumbui doktrin agama akan sangat menjadi mengimpikan menjadi martir bagi perjuangan bangsanya. Anak-anak Israel yang sering melihat rudal dari Hamas mengusik ketenangan hidupnya, dengan dibumbui doktrin teologis tentang negeri yang dijanjikan, akan sangat mudah menjadi peluru bagi lawan-lawannya di Palestina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun