Di dunia digital yang sangat canggih hari ini, bohong itu juga sudah masuk ke dalam dunia digital sudah naik kelasnya. Kalau dahulu membuat kebohongan hanya bisa lewat kata-kata, tetapi hari ini ia punya wajah, punya suara, bahkan bisa terlihat lebih meyakinkan daripada kebenaran itu sendiri. Namanya adalah deepfake .
    Deepfake ialah konten digital yang berupa gambar, video, atau audio yang dimanipulasi oleh kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan rekaman yang sangat yang tampak nyata namun palsu, bisa membuat seseorang tampak mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan.
    Kita juga mengakuinya bahwa teknologi deepfake itu sangat menakjubkan dan memukau. Bayangkan ketika para ulama klasik contohnya seperti Imam Syafi'i "hidup kembali" di platform media sosial , lalu menjawab pertanyaan netizen Gen Z dengan gaya kekinian. Dakwah akan menjadi lebih keren , sejarah serasa menjadi nyata atau hidup, dan para anak muda akan lebih betah untuk menontonnya.
    Itu memang sangat luar biasa akan tetapi, apakah ini termasuk dalam dakwah atau tipuan berbasis digital?
    Sejak awal agama islam menolak keras kebohongan, walaupun itu sangat kecil . Rasulullah SAW bersabda: "Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan." (HR. Bukhari-Muslim).
    Kalau waktu dahulu orang orang kebingungan membedakan antara hoax yang berbentuk tulisan, sekarang berita hoax tidak hanya terdapat pada tulisan tulisan , tetapi sekarang hoax sudah dalam bentuk visual , video tidak bisa lagi dijadikan sebagai barang bukti dan suara tidak lagi bisa menjadi saksi. Siapun orangnya bisa menjadi korban fitnah dari majunya teknologi tersebut.
    Deepfake, apa pun niatnya, tetaplah membuat rekayasa wajah dan suara. Lalu yang menjadi masalah ialah ketika seandainya seorang ulama berbicara dengan kata-kata yang bahkan ia sendiri tidak pernah mengucapkannya maka bukankah itu kebohongan yang dipoles jadi seni? , seandainya juga publik percaya perkataan ulama' yang di rekayasa btadi mana bukankah itu menjadi penyesatan berjamaah?.
   Dan disinilah letak problem atau masalah paling penting dari penggunaan deepfake ini, dengan deepfake, perilaku dusta atau kebohongan terasa sangat indah dan memukau, padahal di dalam agama islam sudah jelas bahwa membuat kebohongan itu dosa apalagi sampai membuat orang tersesat dari agamanya atau juga memfitnah seseorang.
    Dan disini fiqih tidak serta menerimanya , banyak buang berkata bahwa " deepfake itu baik karena bisa dijadikan media dakwah yang kreatif " . Tetapi, mari kita renungkan bersama apakah deepfake ini banyak dipakai untuk kejahatan atau kebaikan.
    Jadi, deepfake itu boleh boleh saja ketika kita menggunakanya sebagai media dakwah yang bisa menarik kalangan masyarakat yang banyak, tetapi harus di lakukan dengan sangat benar dan tidak ada unsur menipu , lalu ketika deepfake itu digunakan untuk menipu atau memfitnah atau menyebarkan berita bohong dengan tokoh tertentu kepada masyarakat umum, apalagi kalau itu adalah seorang ulama' makak hukumnya menjadi haram.
    Deepfake itu bagaikan pisau bermata dua, jika di tangan orang orang yang tepat maka bisa jadi ladang dakwah dan kebaikan, begitu pula sebaliknya apabila di pakai oleh orang orang yang busuk maka bisa menjadi ajang fitnah paling realistis yang pernah ada pada era ini.