Peran Pertamina sebagai BUMN Migas akan semakin kuat ke depannya. Perusahaan negara tersebut akan menjadi tumpuan pemerintah untuk menyerap minyak mentah dalam negeri dan mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
Tak hanya itu, Pertamina juga menjadi andalan pemerintah untuk memproduksi migas nasional. Kontribusi produksi Pertamina terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya kilang yang mereka kelola.
Baru-baru ini, Pertamina menyatakan kesanggupannya untuk menyerap minyak mentah (crude) hasil produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu. Tindakan ini terlihat sepele, tapi berperan besar dalam menjaga industri migas di sektor hulu.
Dengan adanya serapan dari Pertamina itu, opsi untuk ekspor minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip tak perlu dilakukan. Di samping itu, proses produksi dan lifting minyak bisa tetap berjalan.
Sebelumnya, terdapat potensi pengurangan atau pembatasan produksi di blok migas tersebut karena stok minyak mentah melimpah dan tidak terserap pasar. Kondisi itu merupakan dampak dari pandemi covid-19 yang membuat serapan minyak mentah domestik anjlok hingga 20 persen.
Di sisi lain, kemampuan Pertamina untuk menyerap minyak mentah dalam negeri itu berdampak positif bagi transaksi perdagangan Indonesia. Meningkatnya serapan minyak mentah domestik secara otomatis mengurangi impor crude dari luar negeri.
Tahun lalu, Pertamina bisa mengurangi impor minyak mentah hingga 35 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai 339 ribu barel per hari (MBPD). Bila ke depan terus dilakukan, maka impor minyak mentah kita pastinya akan terus berkurang.
Tak hanya minyak mentah, impor BBM juga bisa ditekan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan rasio impor bahan bakar minyak (BBM) terhadap kebutuhan BBM di dalam negeri akan turun menjadi 29,69 persen pada 2024.
Adapun rasio impor saat ini masih sebesar 41,67 persen, atau sebanyak 1,83 juta kl dari total kebutuhan BBM domestik sebesar 76,38 juta kl. Penurunan ini karena adanya peningkatan kapasitas kilang BBM dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) yang tengah dikerjakan Pertamina.
Selain itu, penurunan rasio impor BBM ini juga didukung oleh kebijakan pemanfaatan biodiesel pada sektor transportasi. Beberapa waktu lalu, Pertamina telah berhasil meluncurkan B30 dan D100 yang menggunakan bahan bakar nabati sawit.