Mohon tunggu...
CaesarF
CaesarF Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Sejarah

Seorang manusia yang tertarik dengan banyak bidang keilmuan. Saat ini sedang kuliah dengan jurusan Ilmu Sejarah. Menulis adalah hal yang menarik bagi saya, sekaligus cara saya melampiaskan pemikiran saya akan hal-hal yang terjadi. Tulisan saya tentunya tidak sempurna, kritik dan saran akan saya terima dengan senang hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

From Their Land - The Red Baron

11 Juli 2025   11:25 Diperbarui: 11 Juli 2025   11:25 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manfred von Richthofen (airpowerasia.com)

Semasa Perang Dunia Pertama masih berkecamuk di seluruh penjuru dunia karena kengeriannya, terdapat seorang pilot pesawat perang dari Kerajaan Jerman yang disegani dan ditakuti oleh musuhnya. Ia adalah Manfred von Richthofen atau yang lebih dikenal sebagai The Red Baron. Dengan pesawat merah mencoloknya ia berhasil meraih pencapaian yang luar biasa dalam medan perang.

Memiliki nama lengkap Manfred Albrecht Freiherr von Richthofen, ia lahir pada 2 Mei 1892 di Silesia, Prussia dengan keadaan yang berkecukupan. Manfred memiliki seorang saudara yang merupakan pilot pesawat tempur seperti dirinya, namanya Lothar von Richthofen. Manfred sendiri mulai masuk ke kamp pelatihan tentara sejak umur 11 tahun, umur yang cukup muda jika dikorelasikan dengan dunia modern saat ini, tapi pada saat itu merupakan hal lumrah memasukkan anak-anak ke kamp pelatihan tentara. Ia meraih pangkat letnan dengan cukup cepat pada saat itu, dan dia ditugaskan di resimen kavaleri pada awalnya.

Namun, pada 1915 Manfred mencoba peruntungan dengan cara mendaftar masuk sebagai unit udara setelah merasa perang parit sudah tidak efektif lagi karena adanya pesawat. Manfred diterima masuk di unit udara sebagai pengamat yang memotret prajurit Rusia dari atas langit, ia menggunakan pesawat dua kursi dan duduk di kursi belakang karena belum memiliki pengalaman penerbangan pada saat itu. Perkembangan pesawat pada masa ini sendiri cukup pesat, dengan ditemukannya pesawat tempur satu penumpang yang dipersenjatai dengan senapan mesin di bagian depannya, akan memulai karier Manfred sebagai salah satu pilot yang paling ditakuti musuh.

Manfred masuk ke skuadron Jasta II yang dikomandoi oleh Oswald Boelcke, skuadron ini juga sering disebut Jasta Boelcke. Di awal, Manfred memiliki catatan merah karena pada penerbangan pertamanya ia mengalami kecelakaan dengan pesawat tempurnya. Dengan arahan dan latihan yang diberikan oleh Boelcke, Manfred akhirnya mampu terbang tanpa mengalami kecelakaan. Selama pelatihan, Boelcke menyampaikan 8 prinsip tentang pertempuran udara kepada murid-muridnya, prinsip ini dinamai Dicta Boelcke. Dengan menggunakan prinsip ini, Manfred memperoleh kemenangan pertamanya pada 17 September 1916.

Pesawat Fokker Triplane (wikipedia.com)
Pesawat Fokker Triplane (wikipedia.com)

Pada 12 Januari 1917, Manfred meraih penghargaan militer tertinggi yang ada di Jerman pada saat itu, yaitu Pour Le Merite setelah kemenangannya yang ke-17. Setelah meraih penghargaan tersebut, Manfred akhirnya dipercayai untuk memimpin skuadronnya sendiri, yaitu Jasta 11. Manfred menggunakan Dicta Boelcke untuk memimpin skuadronnya ini. Dia dikenal sebagai seorang guru dan pemimpin yang hebat bagi para sekutunya, tapi di mata musuhnya ia merupakan sebuah ancaman. Di bawah kepemimpinannya, Jasta 11 dikenal sebagai The Flying Circus karena warna dari pesawat dari skuadron ini mencolok serta warna-warni seperti sedang karnaval. Dengan pesawatnya Fokker Triplane berwarna merah terang, ia berhasil mendapatkan kemenangan demi kemenangan, serta berhasil mengomandoi skuadronnya dengan baik. Fokker Triplane itu akhirnya diganti dengan Albatros D.III sebelum peristiwa Bloody April.

Pesawat Albatros D.III (worldnavalships.com)
Pesawat Albatros D.III (worldnavalships.com)

Dalam peristiwa Bloody April, skuadron Jasta 11 berhasil menembak jatuh sebanyak 89 pesawat musuh sendirian. Manfred berhasil menjatuhkan 21 pesawat musuh sendirian, dengan ini dirinya telah melampaui sang guru, Oswald Boelcke. Dari sini Manfred mulai memiliki julukan Red Baron dan Rote Kampffliger (prajurit merah dalam bahasa Jerman) dikarenakan pesawat merah mencoloknya yang ikonik sekaligus ditakuti oleh musuh. Dengan kemenangan besar dari peristiwa ini, Manfred diberikan tugas untuk memimpin skuadron yang lebih besar yang mencakup Jasta 3, 4, 11, dan 33. Dengan penggabungan skuadron ini, diharapkan akan lebih efektif dalam peperangan.

April 1918 akan menjadi akhir kisah dari The Red Baron. Pada bulan April ini sekitar pertengahan bulan, Manfred seakan-akan dirasuki oleh sesuatu yang membuatnya tidak seperti dirinya sendiri. Pada biasanya dia selalu mengikuti Dicta Boelcke, namun pada hari itu dia mengabaikan prinsip yang selama ini ia gunakan. Manfred mengejar pesawat musuh hingga kawasan Some Valley, yang merupakan markas musuh. Disini, Manfred meninggal dikarenakan sebuah peluru yang bersarang di jantungnya, tidak ada yang tahu hingga saat ini siapa yang berhasil menembak jatuh The Red Baron. Ada yang berteori jika yang membunuhnya adalah pilot musuh, ada juga yang berteori bahwa dia dibunuh dengan senapan mesin dari bawah.

Selama berkarir sebagai pilot Manfred berhasil meraih 80 kemenangan yang terkonfirmasi dan telah berhasil melahirkan pilot-pilot berbahaya seperti dirinya. Manfred dimakamkan oleh pasukan Australia dengan upacara militer sebagai bentuk penghormatan atas jasanya selama ini. Uniknya, setiap potongan dari pesawat Manfred dijadikan semacam souvenir oleh para prajurit Australia karena nama The Red Baron yang begitu terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun