Mohon tunggu...
LychAnna
LychAnna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writer

Pecinta seni, kucing, leci, kopi hitam, dan menikmati waktu sendirian. Mencintai diri sendiri adalah proses panjang yang melelahkan juga menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menabung Itu Seru!

16 Juni 2021   21:06 Diperbarui: 16 Juni 2021   21:16 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: money.kompas.com)

Siapa yang tidak tahu menabung? Semua pasti tahu apa itu menabung. Menabung adalah menyisihkan sejumlah uang dalam satu tempat tertentu sebagai cadangan saat ada keperluan mendadak. Kegiatan menabung juga sudah banyak dilakukan dengan cara menyimpan di rumah, seperti di bawah bantal, di bawah tempat tidur, bahkan di tiang rumah yang terbuat dari kayu. Kalau saya lebih suka menabung di dalam kaleng bekas. Kaleng bekas apa saja yang penting bisa dibuat menyimpan uang.

Bagi saya sendiri menabung tidak hanya kegiatan menyisihkan sebagian uang saja, tapi juga upaya untuk belajar mengatur keuangan saya sendiri. Dengan mengharuskan diri menyisihkan sejumlah uang saku sekian nominal, maka saya akan belajar mengatur prioritas apa yang harus saya beli dan apa yang seharusnya tidak saya beli. Dengan menabung setiap harinya, saya akan mengatur pemasukan dan pengeluran keuangan sendiri seperti uang untuk ongkos, jajan, dana mendesak, juga uang tabungan. Karena itulah bagi saya menabung itu seru.

Sedari kecil saya tidak diajarkan untuk menabung oleh orang tua saya, tetapi mereka memperlihatkan saya secara langsung bagaimana menabung itu. Dulu setiap harinya, saya selalu melihat ibu menyisihkan sejumlah uangnya ke dalam tas kecil yang disimpan di lemarinya. Berapa pun ibu sisihkan setiap hari, mulai dari recehan sampai uang kertas. Ketika saya bertanya untuk apa uang itu nanti, ibu menjawab bahwa itu tabungan jika sewaktu-waktu membutuhkan uang secara mendesak.

Saat itu, saya tidak langsung mengikuti ibu untuk menabung. Saya hanya terus memerhatikan ibu yang menyisihkan uangnya setiap hari. Lalu suatu hari ketika saya menginginkan sesuatu berupa cemilan yang hanya bisa dibeli di minimarket, saya tidak bilang ke ibu dan lebih memilih menabung sedikit-sedikit agar bisa membelinya. Setelah uang terkumpul dan cemilan tersebut dapat terbeli, saya pun senang. Nah, bisa jadi dari keinginan kecil saya yang terwujud itulah yang menjadi titik awal saya senang menabung.

Keluarga kami bukanlah keluarga yang serba berkecukupan yang jika menginginkan sesuatu mahal pasti bisa terbeli. Orang tua saya selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menahan keinginan kami. Jika saya atau kakak-kakak saya menginginkan sesuatu dan orang tua belum bisa membelikan, maka ibu akan menenangkan dengan berkata, "nanti kalau sudah ada rejeki, ibu beliin yaa." Mungkin karena itulah kami tumbuh menjadi anak-anak yang tidak banyak menuntut beli ini itu kepada orang tua. Kakak tertua saya pun jika ingin membeli sesuatu, maka dia akan menabung untuk bisa membelinya tanpa ingin merepotkan orang tua.

Ketika saya kelas 6 SD, saya ingin punya smartphone tapi saya tidak bisa bilang langsung ke ibu untuk membelikannya, karena itu saya berusaha menabung dari uang saku saya sendiri agar bisa membeli smartphone. Kurang lebih satu tahun baru bisa terbeli smartphone meskipun tidak begitu mahal karena uang tabungan saya tidak cukup untuk membeli yang bagus banget, untuk membeli yang biasa saja pun harus ditambah uang ibu dulu beberapa ratus ribu. Setelah kejadian itu, saya ingin terus menabung meskipun belum tahu akan digunakan untuk apa, yang terpenting jika sewaktu-waktu butuh uang banyak, ibu tidak perlu menambahkannya lagi.

Sampai sekarang,  hidup hemat sudah menjadi gaya hidup saya sehari-hari. Bukan hanya smartphone, tapi kebutuhan lainnya seperti tas, perlengkapan hobi saya, laptop, dan lainnya saya beli dengan uang hasil menabung sendiri, tanpa meminta uang lebih pada orang tua. Karena itulah saya suka menabung, dengan menabung saya bisa membeli sesuatu yang saya perlukan sendiri. Terkadang saya juga bisa membantu keluarga jika mendadak sedang membutuhkan uang.

Ketika kelas 2 SMP, ibu memberi uang saku mingguan upaya saya bisa mengatur uang saya sendiri. Saya senang akhirnya saya diberi saku mingguan mengingat saya sudah memintanya cukup lama. Saya ingin uang mingguan karena sebelumnya kakak saya juga diberi uang mingguan jadi saya ingin seperti kakak saya. Hari minggu ketika menerima uang saku, saya akan cepat-cepat mengatur antara uang ongkos seminggu, untuk jajan, untuk amal, juga untuk menabung. Kegiatan itu saya lakukan terus sampi saya lulus SMA.

Teman-teman saya bilang bahwa saya terlalu gila menabung sampai saya lupa sama diri saya sendiri. Kata mereka, saya tidak boleh terlalu menahan jajan hanya untuk menabung. Padahal menurut saya, saya sama sekali tidak menahan untuk jajan. Saya hanya tidak suka jajan karena bekal makanan yang ibu saya bawakan sudah cukup untuk di sekolah. Jajan makanan hanya membuat bekal yang dibawakan ibu saya jadi tidak termakan nantinya, karena itu saya tidak jajan. Saya tahu pasti apa yang saya butuhkan, apa yang saya ingin beli dan tidak. Bukankah yang paling tahu soal diri kita adalah kita sendiri?

Bahkan sampai saat ini pun meski tidak ada barang tertentu yang ingin dibeli, saya tetap menyisihkan uang setiap harinya. Ada rasa bangga, senang, puas jika melihat tabungan saya bertambah jumlahnya. Jika suatu saat ingin membeli sesuatu baik itu makanan, minuman, atau barang yang lumayan mahal dan mendesak, saya tidak perlu bingung akan keuangan karena sudah ada simpanan yang bisa digunakan. Enak sekali, bukan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun