Mohon tunggu...
Byanka Slyvio Naiang Sayudi
Byanka Slyvio Naiang Sayudi Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga, Fakultas dan Prodi Kedokteran Hewan, Tahun 2025

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sterilisasi: Antara Kewajiban dan Kontroversi

2 September 2025   08:49 Diperbarui: 2 September 2025   08:49 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Saat kalian ke pasar, jalan-jalan di kota, atau bahkan hanya berada di sekitar, kalian mungkin sering menemui hewan terlantar. Kata sterilisasi mungkin sudah tidak asing di telinga kalian.

Sterilisasi adalah tindakan operasi pengangkatan organ reproduksi pada hewan jantan maupun betina dengan tujuan agar hewan tersebut tidak dapat berkembang biak. Cara ini digunakan untuk menghentikan overpopulasi pada hewan peliharaan. Meski begitu, tak semua orang setuju pada tindakan ini, bahkan beberapa pihak menyebutnya kejam.

Padahal, sterilisasi memiliki banyak keuntungan, salah satunya ialah mengurangi populasi dan meningkatkan kesejahteraan hewan. Dengan menekan jumlah kelahiran, kita meminimalisir munculnya anak-anak hewan yang akhirnya dibuang atau tidak terurus. Hewan yang sudah disterilisasi juga cenderung lebih tenang, tidak pipis sembarangan, tidak sering berkelahi dan tidak berebut pasangan. Dari sisi kesehatan, sterilisasi juga memberikan dampak positif, seperti mencegah banyak penyakit pada organ reproduksi hewan seperti infeksi rahim, menurunkan resiko kanker, dan mencegah penularan penyakit. Tidak hanya itu, sterilisasi juga membantu melindungi ekosistem dari populasi hewan terlantar yang berburu hewan liar dan merusak keseimbangan lingkungan.

Namun, tetap ada orang- orang yang menolak sterilisasi. Alasannya beragam, mulai dari resiko kesehatan dan efek samping yang bisa terjadi, pertimbangan etis kepercayaan seseorang, menggangu reproduksi alami, dan adanya alternatif lain seperti adopsi masal dan edukasi pemilik hewan. Namun, meski efek samping bisa terjadi, hal ini tidaklah sering dan lebih banyak efek positif yang bisa didapat dengan sterilisasi. Lalu, hewan peliharaan hanya bisa bertahan hidup karena kita, jadi sebagian besar hewan terlantar akhirnya akan mati sia-sia atau hidup dengan kondisi tidak layak.

Adopsi dan edukasi massal tentu penting dilakukan, tetapi kita harus juga realistis: hewan peliharaan bereproduksi  sangat cepat dan banyak, sementara jumlah orang yang mampu dan mau mengadopsi mereka sangatlah terbatas. Lama-kelamaan, akan ada lebih banyak hewan daripada jumlah orang yang bisa merawatnya.

Baik kita setuju atau tidak kepada sterilisasi, sayangnya sterilisasi bukanlah pilihan lagi, tapi suatu kewajiban karena manusia telah menyebar dan mendomestikasi hewan. Penyebaran hewan peliharaan yang sangat luas bukanlah natural, dan jika hal ini terus berlanjut kerusakan ekosistem, penyebaran penyakit, dan hewan yang hidup tidak sejahtera akan makin banyak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun