Mohon tunggu...
Buyung Okita
Buyung Okita Mohon Tunggu... Lainnya - Spesialis Nasi Goreng Babat

Mantan Pembalap Odong-odong

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rudal Balistik Jepang Menambah Ketegangan Asia Timur

6 Agustus 2020   12:07 Diperbarui: 6 Agustus 2020   19:50 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan menghadapi serangan rudal di tengah Kota oleh JSDF. Sumber: https://i.ytimg.com

Apakah anda mengetahui sebuah moto atau filosofi "Jika menginginkan sebuah perdamaian, maka bersiaplah untuk berperang" ? filosofi ini dapat dikatakan bersifat universal, karena tidak hanya filosofi latin dan Angkatan Laut Inggris saja yang menyematkan moto tersebut kepada satuannya. Tetapi filsuf dunia timur juga memiliki pandangan yang sama, baik itu Sun Tzu dari China bahkan lebih dulu menggunakan ide yang hampir serupa. Yagyu Munenori seorang Ahli Pedang Jepang pada era Jepang feudal juga memegang ide yang sama.

Kali ini saya tidak akan mencoba menggali makna filososi tersebut secara mendalam. Tetapi mari kita tengok berita hangat yang aktual mengenai ide kementrian pertahanan dan parlemen Jepang yang merancang restrukturisasi alutsista mengenai penggunaan dan pembuatan Rudal Misil Balistik jarak jauh yang digunakan untuk melindungi Negaranya dari serangan rudal yang mengincar Jepang atau berpotensi jatuh ke Jepang ketika melewati wilayah kedaulatannya.

Rancangan restrukturisasi proyek misil tersebut adalah proyek bilateral keamanan antara Jepang dan USA yang direncanakan untuk memperkuat kemanan dan wilayah Asia Timur dari ancaman rudal Korea Utara dan ekskalasi konflik yang memanas antara China dan USA. Dimana alutsista artileri udara yang dimiliki Japan Self Defense Force atau disingkat JSDF kurang begitu efektif untuk menghadapi ancaman tersebut. 

Pada 3 tahun sebelumnya Jepang sendiri sudah membeli alutsista artileri udara dari Amerika dengan total nilai 4,2 miliar dolar. Tentunya dengan desakan bahwa sekutu harus membeli alutsista dari Amerika. 

Tetapi Jepang kembali ingin merestrukturisasi dengan pengembangan Misil yang diciptakan oleh Jepang sendiri yang dinamakan proyek "Aegis Ashore ballistic missile defense" yang mebutuhkan waktu sekitar 12 tahun dengan biaya sekitar 1,8 Miliar Dolar.

Skema Pertahanan Rudal Balistik. SUmber: dok. pribadi
Skema Pertahanan Rudal Balistik. SUmber: dok. pribadi
Pengembangan ini disatu sisi membawa dampak pro kontra mengenai pengembangan dan restrukturisasi yang sedang Jepang rencanakan. Pengembangan misil sendiri tanpa membeli produk alutsista berupa misil dari Amerika dianggap oleh sebagian pihak sedikit mengurangi hubungan diantara kedua negara karena Jepang tidak membeli senjata dari Amerika. Sedangkan Dengan dicanangkannya proyek Aegis tersebut, di satu sisi dapat membantu mengamankan Pasukan Amerika yang berada di laut Okinawa dan membantu Amerika dalam pengamanan Amerika di daerah bagian Timur Pasifik.

Yang lebih menarik perhatian adalah mengenai aplikasi Misil tersebut. Politikus dan pakar keamanan mengatakan mengenai ketakutan akan horor perang dunia kedua. Dimana saat ini Jepang dalam konstitusinya tidak memiliki angkatan bersenjata yang dapat dimobilisasi seperti angkatan militer bsrsenjata pada umumnya. Tetapi hanya bersifat defensif untuk mempertahankan negaranya dari serangan negara lain, terutama yang menyatakan perang terhadap Jepang.

Misil tersebut ditakutkan oleh beberapa pihak dapat menjadi salah satu alasan bahwa  Jepang dapat menjadi ancaman yang dapat menyerang negara lain. Berbeda dengan status tujuan awalnya yang digunakan untuk melindungi Jepang dari ancaman serangan negara lain. Yang tentunya mengundang protes dari negara lain.

Protes Pengembangan Rudal Balistik Jepang. Sumber: https://foreignpolicy.com
Protes Pengembangan Rudal Balistik Jepang. Sumber: https://foreignpolicy.com
Tetapi disatu sisi dengan ekskalasi ketegangan keaman di Asia Timur, politikus dan pakar militer beranggapan bahwa pentingnya instalasi artileri udara tersebut sebagai bentuk pertahana Jepang dalam mempersiapkan diri dari ancaman yang datang.

Kritik lainnya adlaah mengenai budget yang di anggarkan Jepang untuk satu proyek tersebut. Beberapa pakar memandang bahwa apakah sekiranya tidak terlalu berlebihan menganggarkan dana sekian miliar US Dollar hanya untuk satu sistim keamanan saja, dan sedikit tidak mengindahkan restrukturisasi sistim keaman yang lebih komprehensif.

Sehingga memunculkan suatu kesimpulan bahwa alih-alih untuk mengembangkan sistim keamanan rudal yang lebih komprehensif, Jepang dianggap mengembangkan senjata yang dapat digunakan untuk menyerang basis militer negara lain. Diskusi mengenai ini menjadi hangat baik dikalangan masyarakat, politikus dan angkatan bersenjata Jepang. Terlebih lagi salah beberapa instalasi Misil tersebut direncanakan akan di tempatkan di sektor-sektor padat penduduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun