Mohon tunggu...
riza bahtiar
riza bahtiar Mohon Tunggu... Penulis lepas

Menulis artikel, esai, dan beberapa tulisan remeh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lensa Sun Tzu: Analisis Perang Israel-Iran Melalui Strategi di Balik Ketegangan Regional

17 Juni 2025   17:03 Diperbarui: 17 Juni 2025   11:54 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konflik antara Israel dan Iran, meski kini mengarah pada konfrontasi militer skala penuh, merupakan salah satu ketegangan geopolitik paling rumit dan berbahaya di Timur Tengah. Kedua belah pihak selama ini terlibat dalam apa nan sering disebut sebagai "perang bayangan" atau "perang proksi," menggunakan berbagai strategi untuk melemahkan satu sama lain tanpa memicu konflik langsung nan masif. Untuk memahami dinamika kompleks ini, kita dapat meninjau prinsip-prinsip abadi dari "Seni Perang" karya Sun Tzu, seorang ahli strategi militer Tiongkok kuno. Meskipun ditulis ribuan tahun lalu, filosofi Sun Tzu tentang perencanaan, penipuan, dan pemahaman musuh tetap relevan dalam menganalisis perilaku strategis kedua aktor modern ini.

Prinsip-prinsip Sun Tzu nan Mendasari Analisis

Sebelum menyelami analisis masing-masing pihak, penting untuk menyegarkan kembali beberapa prinsip inti dari "Seni Perang" nan akan menjadi kerangka kita. Tujuan tertinggi adalah mencapai kemenangan tanpa harus melancarkan pertempuran fisik berskala besar, melibatkan subversi strategis, memutus aliansi, dan mengganggu rencana musuh dari dalam. Fondasi dari setiap strategi sukses adalah pemahaman mendalam tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri, serta lawan. Tanpa pengetahuan ini, kekalahan adalah hasil nan hampir pasti.

Sun Tzu menegaskan bahwa semua peperangan didasarkan pada penipuan. Menyesatkan musuh tentang niat, kekuatan, dan posisi Anda adalah kunci untuk mengamankan keuntungan strategis. Perang nan berkepanjangan adalah bencana nan menguras sumber daya dan semangat; oleh karena itu, kecepatan dalam mencapai tujuan dan efisiensi logistik untuk mempertahankan pasukan sangatlah krusial. Strategi lain nan vital adalah menyerang di mana musuh tidak siap; muncul di mana Anda tidak diharapkan. Mengidentifikasi dan mengeksploitasi setiap celah atau kerentanan dalam posisi, sumber daya, atau rencana musuh adalah esensial.

Prioritas tertinggi adalah mengganggu dan menghancurkan strategi musuh, diikuti dengan memutus aliansi mereka, kemudian menyerang pasukan mereka, dan terakhir, mengepung kota-kota mereka -- opsi terburuk karena biaya nan sangat tinggi. Terakhir, Sun Tzu menekankan bahwa pasukan nan bersatu, memiliki moral nan tinggi, dan disiplin akan lebih efektif dalam mencapai tujuan mereka. Dengan kerangka ini, mari kita bedah strategi Israel dan Iran.

Israel: Pendekatan Sun Tzu dalam Keunggulan Kualitatif

Israel, sebagai negara nan menghadapi ancaman eksistensial sejak kelahirannya, telah menginternalisasi banyak prinsip Sun Tzu dalam doktrin keamanannya, terutama nang berkaitan dengan keunggulan kualitatif dan intelijen.

Kekuatan Strategis Israel Berdasarkan Sun Tzu:

Pilar utama strategi Israel adalah keunggulan intelijen dan pengetahuan mendalam tentang musuh. Agensi intelijen seperti Mossad dan Aman dikenal memiliki kemampuan pengumpulan data nan canggih dan mendalam tentang Iran serta proksinya. Pengetahuan ini tidak hanya mencakup kemampuan militer Iran, tetapi juga kerentanan internal, jalur pasokan, dan perencanaan strategis. Dengan "mengenali musuh" secara ekstensif, Israel dapat membuat keputusan nan lebih tepat dan meminimalkan risiko. Serangan siber terhadap fasilitas nuklir Iran, atau pembunuhan ilmuwan nuklir nan diduga terkait dengan intelijen Israel, adalah contoh langsung dari pemanfaatan pengetahuan ini untuk mengganggu rencana musuh.

Israel secara konsisten memilih serangan presisi dan terbatas, seringkali di Suriah, Lebanon, atau Iran sendiri. Serangan ini biasanya dilakukan dengan cepat, menggunakan kekuatan udara nan superior atau unit operasi khusus. Filosofi di baliknya adalah untuk mencapai tujuan spesifik---misalnya, menghancurkan pengiriman senjata ke Hizbullah atau merusak fasilitas nuklir---dengan kerusakan minimal pada aset Israel dan menghindari perang gesekan nan mahal. Ini sangat sejalan dengan penekanan Sun Tzu pada kecepatan dan penghindaran perang berkepanjangan nan menguras sumber daya.

Banyak dari tindakan Israel, terutama nan bersifat rahasia atau "abu-abu," bertujuan untuk menciptakan efek deterensi dan mencapai kemenangan tanpa harus bertempur secara terbuka. Dengan menunjukkan kemampuan untuk menembus keamanan Iran dan menyerang target penting tanpa konfrontasi langsung, Israel berusaha untuk "memenangkan tanpa bertempur" secara terbuka. Tujuannya adalah untuk menghancurkan kemauan atau kemampuan Iran untuk melancarkan serangan balasan nan signifikan, atau setidaknya memaksanya untuk terus-menerus mengalihkan sumber daya untuk pertahanan. Ini juga mencakup upaya untuk memutus pasokan senjata dan dukungan untuk proksi Iran, nan sejalan dengan "menyerang aliansi musuh" atau setidaknya jalur pasokan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun