Mohon tunggu...
BungRam
BungRam Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati pendidikan, konsultan program pendidikan

Book lover, free traveller, school program consultant, love child and prefer to take care for others

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru, Silabus Algoritma dan Teorema Monyet Tak Terbatas

12 Februari 2019   12:06 Diperbarui: 12 Februari 2019   13:38 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ribuan tahun yang lalu manusia percaya bahwa otoritas berasal dari Tuhan, sebagaimana manusia persepsikan tentangNya. Kemudian mereka percaya akan sesorang yang dipilih oleh Tuhan untuk mewakiliNya dalam menjalankan otoritas tersebut dan membimbing manusia.
Seiring waktu berjalan para pemikir - filosof mulai mencari makna hidup untuk eksistensi manusia. Mencari makna tentang hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan dengan sesama, dan hubungan dengan alam.

Kemudian, karena otoritas sudah mulai bergeser dari Tuhan kepada manusia akibat perkembangan pemikiran, penyalahgunaan otoritas menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Sejarah mencatat, ketika kekuasaan mampu memaksa pemuka agama yang mewakili utusan Tuhan tunduk berdasarkan kebijakan nir-agama.

Pendidikan adalah satu alat untuk membentuk pola pengendalian manusia dengan pengetahuan dalam otoritas kekuasaan. Alat perang, mulai dari yang paling primitif hingga yang paling canggih, dioperasikan berbasis proses pengetahuan tentang apa tujuan pembuatan alat tersebut, bagaimana cara mengoperasikannya, dan juga akhirnya bagaimana alat itu dimanfaatkan untuk mempertahankan tirani  kekuasaan.

Perlawanan rakyat terhadap tirani pun demikian, permulaannya dari proses pengetahuan dan penyadaran akan keberadaan mereka, penyadaran akan hak dan kemuliaan hidup.

Kini, di era digital, otoritas manusia pun bergeser kembali. Dari manusia kepada apa yang dinamakan 'artificial intelligence' - kecerdasan buatan, diantara tentakelnya adalah algoritma. Perkembangan 'artificial intelligence' dianggap sebagai dalang dari pergeseran otoritas ini, dan juga pada  banyak bagian dalam nafas pendidikan manusia, dimana dahulu kala otak murni Socrates, Cicero, al Ghazali,  Ibnu Rusyd, John Dewey dan lainnya adalah yang membangun pondasi otoritas manusia.

Kini algoritma menjadi penyebab timbulnya gradasi  pola manusia yang menyerap dengan cepat pada medium antara arus informasi dengan pengetahuan dan perilaku. 

Sehingga dengan kekuataannya proses yang dilakukan oleh institusi pendidikan  "beralih"  ke  media digital, sebagaimana perilakunya  mulai kini dipengaruhi oleh media sosial.

Bagaimana algoritma bekerja?

Secara definisi, algoritma adalah:

1. Prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas.
2. Urutan logis pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah.
(KBBI)

Algoritma bekerja melalui Komputer kemudian "mengeksekusi" program, mengikuti setiap langkah secara mekanis, untuk mencapai tujuan akhir. Ketika Anda memberi tahu komputer apa yang harus dilakukan, Anda juga harus memilih bagaimana melakukannya. Di situlah algoritma komputer masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun