Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Curacao, "Tim Meteor" dari Lautan Karibia

24 September 2022   17:02 Diperbarui: 24 September 2022   17:16 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih timnas Curacao, Remko Bicentini, bersama kapten tim Cuco Martina. FOTO: WILA WILDAYANTI/BOLASPORT.COM 

RASANYA tidak ada tim lain di Concacaf yang mengalami peningkatan lebih meroket dibanding Curacao dalam beberapa tahun terakhir. Demikian pujian yang diberikan oleh Concacaf.com kala membuka laporan di laman resminya pada Februari 2021.

Media resmi Concacaf tersebut tentunya tak asal melempar pujian. Laporan tadi diturunkan usai Curacao memastikan lolos ke putaran final Gold Cup 2021. Kelolosan ketiga kali berturut-turut bagi Leandro Bacuna, cs. setelah edisi 2017 dan 2019.

Gold Cup sendiri merupakan pentas sepak bola tertinggi bagi negara-negara anggota Concacaf. Kompetisi di level konfederasi yang secara orgasisasional setara dengan Piala Asia di AFC maupun Piala Eropa di UEFA.

Ingat saja betapa gembira dan bangganya kita saat timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong memastikan lolos ke Piala Asia 2023. Begitu pula kegembiraan dan kebanggaan yang dirasakan publik Curacao saat La Pantera Azul mendapat tiket ke Gold Cup.

Apalagi kelolosan demi kelolosan tersebut mengawali era baru bagi sepak bola Curacao. Dari sebelumnya sekadar tim penggembira di berbagai event Karibia dan Concacaf, kini menjadi salah satu dari jajaran nama besar di zonanya.

Dalam pemberitaan yang kalimatnya saya kutip dan terjemahkan di atas, Concacaf.com menggunakan istilah "meteoric rise" untuk menggambarkan betapa tinggi loncatan prestasi Curacao di tahun-tahun belakangan. Melesat bak meteor, kurang lebih begitu makna yang saya tangkap.

Istilah yang menurut saya sangat tepat. Pasalnya, sebelum berpartisipasi di putaran final Gold Cup 2017 sepak bola Curacao memang seolah hidup segan mati tak mau. Sekalipun sempat ditangani pelatih dengan nama beken dalam diri Patrick Kluivert (2015-2016).

Betul, timnas Curacao sudah sangat lama sekali eksis di muka bumi ini. Federasi sepak bola pertama yang memakai nama Curacao lahir di tahun 1921 alias 101 tahun lalu, tetapi tidak ada yang spesial dari mereka hingga pertengahan akhir 2016.

Baca juga: Sejarah Curacao, Calon Lawan Indonesia di FIFA Matchday September 2022

Tuah Bicentini

Saat Remko Bicentini 'naik pangkat' dari posisi asisten Kluivert menjadi pelatih kepala timnas pada 2016, Curacao tak sekalipun pernah berpartisipasi di putaran final Concacaf Gold Cup. Rekornya di tiap edisi gonta-ganti hanyalah "did not enter" atau "did not qualify".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun