Sejak beberapa tahun terakhir, Artificial Intelligence (AI) menempati panggung utama sebagai pelopor perkembangan teknologi dan informasi. Hal ini dikarenakan AI memiliki beberapa keunggulan dan manfaat. Diantaranya, AI meningkatkan efisiensi dalam segala pekerjaan serta merupakan sumber daya yang tersedia dan siap digunakan setiap waktu. Saat ini, AI sudah terintegrasi dalam segala bidang kehidupan, mulai dari pendidikan, finance, seni, komunikasi, dan lain sebagainya. Penggunaan AI yang semakin meluas tidak lepas dari perhatian berbagai perusahaan di dunia, dan mereka pun mulai mengimplementasikan AI dalam segala perkara perusahaan atau bisnis mereka.Â
Salah satu area dalam perkara bisnis yang sekarang mulai didominasi AI adalah proses rekrutmen pekerja. Berdasarkan data yang dikutip dari Demandsage tahun 2025, sekitar 65% perekrut telah mengimplementasikan AI untuk pemilihan kandidat pekerja. Metode penggunaan AI dalam rekrutmen pekerja juga sudah diimplementasikan beberapa perusahaan ternama di dunia seperti Google, Unilever, Amazon, dan Salesforce. Dalam proses penerimaan pekerja, AI umumnya berperan dalam menganalisis CV atau surat lamaran pekerjaan. AI yang digunakan akan mengevaluasi keterampilan serta pengalaman calon dan menyesuaikannya dengan kriteria kandidat yang dicari oleh perusahaan tersebut. Selain itu, beberapa perusahaan juga menggunakan AI untuk melaksanakan proses interview calon pekerja. Untuk menjalankan fungsi ini, AI mengevaluasi ekspresi muka dan gerak-gerik tubuh yang dapat mengindikasikan kepribadian calon pekerja tersebut, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perekrut.
Penggunaan AI dalam proses rekrutmen mulai banyak diterapkan karena beberapa hal, namun yang utama adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi. Banyak perusahaan di seluruh dunia yang mendapatkan ratusan hingga ribuan lamaran setiap tahun. Angka tersebut bisa mencapai jutaan bagi perusahaan besar seperti Google dan Amazon. Dengan banyaknya CV yang masuk, perekrut akan kewalahan dalam mengulas semuanya. Implementasi AI dalam memproses CV dapat mengurangi beban kerja bagi para perekrut, dan proses rekrutmen yang awalnya bisa sampai berminggu-minggu atau sebulan dapat selesai dalam waktu yang jauh lebih singkat.Â
Keunggulan lainnya adalah penggunaan AI dapat mengurangi bias manusia. Dalam proses rekrutmen, kerap terjadi kasus penolakan kandidat oleh perekrut dengan dasar ras, gender, nasionalitas, maupun kepercayaan. Diskriminasi ini dapat berkurang karena AI berfokus terhadap data-data objektif yang menunjukkan kualifikasi seorang kandidat. Dengan ini, AI dapat mengembangkan lingkungan kerja yang adil, berkualitas, dan tidak diskriminatif.
Namun, masih ada beberapa kekhawatiran yang muncul terhadap implementasi AI pada proses ini. Salah satu masalah utama yang masih perlu diatasi adalah kemungkinan adanya bias pada data yang digunakan pada AI itu sendiri. Jika data yang dijadikan dasar training suatu model AI memiliki kecenderungan terhadap kelompok tertentu, kecenderungan tersebut akan tercermin pada analisis yang dilakukan oleh AI tersebut. Hal ini akan berdampak pada asesmennya terhadap calon pekerja.Â
Selain itu, beberapa orang mempertanyakan keamanan data pribadi mereka saat berinteraksi dengan AI. Apalagi dalam konteks analisis surat lamaran pekerjaan yang umumnya mencantumkan banyak informasi pribadi pelamar, seperti nama lengkap, alamat, usia, jenis kelamin, serta riwayat pendidikan dan pekerjaan sebelumnya. Informasi seperti itu, jika bocor, dapat dengan mudah disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Kebocoran data seperti ini pernah terjadi sebelumnya dengan beberapa perusahaan AI. Di antaranya ialah OpenAI pada Maret 2023, dimana data beberapa pengguna ChatGPT yang mencakup log percakapan sampai detail pembayaran sempat terekspos. Kasus ini dan beberapa kasus lainnya memunculkan keraguan atas keamanan data di tangan AI.
Selain beberapa tantangan dan risiko yang telah disebutkan di atas, penggunaan AI dalam proses rekrutmen juga mengurangi interaksi antara pelamar dan perekrut sebelum pekerjaan diberikan. Interaksi ini merupakan hal yang krusial dalam proses rekrutmen, terutama dalam proses interview. Selain merupakan cara untuk mengetahui kemampuan, kinerja, dan etika seorang kandidat, interview dan bentuk interaksi lainnya dapat memberikan fondasi untuk membangun hubungan profesional yang sehat, serta menentukan kecocokan kepribadian seorang kandidat dengan lingkungan serta values yang dianut perusahaan. Keterlibatan AI yang besar dalam proses rekrutmen dapat menghambat pertumbuhan koneksi ini, sehingga karyawan baru mungkin akan lebih kesulitan beradaptasi dengan lingkungan pekerjaannya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pengaruh AI akan semakin meluas dalam berbagai sektor, dan semakin banyak perusahaan yang akan menggunakan AI untuk rekrutmen. Tetapi, agar AI terintegrasi dengan baik, tantangan-tantangan yang sudah disebutkan harus diatasi. Perusahaan harus memastikan bahwa AI yang mereka gunakan dikembangkan atas data yang benar-benar objektif, dan keamanan data pribadi karyawan maupun pelamar harus menjadi prioritas. Tidak hanya itu, tetapi peran manusia dalam rekrutmen pekerjaan seharusnya tidak dihapus secara keseluruhan agar hubungan profesional yang sehat tetap bisa tercapai dan ketergantungan terhadap mesin dapat berkurang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI