Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cinta, Politik, dan Kegilaan

5 November 2019   10:05 Diperbarui: 5 November 2019   11:28 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akibat pemberontakan kata-kata

Cinta itu perang, kata Buya Hamka. Perang yang hebat dalam rohani manusia. Jika ia menang, akan didapati orang yang tulus ikhlas, luas pikiran, sabar dan tenang hati. Jika ia kalah, akan didapati orang yang putus asa, sesat, lemah hati, kecil perasaan dan bahkan kadang-kadang hilang kepercayaan pada diri sendiri.

Kalau berpolitik dengan rasa cinta, pasti yang dikejar dalam politik adalah pengabdian. Jangan berpolitik dengan amarah, nafsu, obsesi dan keserakahan berkuasa. Dengan cinta, lawan politik dapat dihargai. Politik hanya menjadi alat yang digunakan, lalu cinta melingkarinya dengan praktek-praktek saling menghargai.

Politik dan cinta harus seiring-sejalan. Jangan buatkan dikotomi. Atau politik dan cinta dikontradiksikan. Akhirnya, kepentinganlah yang menjadi dewa. Birahi untuk berkuasa yang merasuk dalam pikiran politisi. Hasilnya, praktek politik yang dilakukan penuh dengan agenda jahat, saling menjatuhkan.

Mereka naik kemudian menjatuhkan yang lain. Padahal, etika politik tidak mengajarkan itu. Silahkan berlomba-lomba maju, lakukan kebaikan. Tak harus naik, lalu menjatuhkan yang lain. Politik prinsipnya mengajarkan humanisme. Melalui cara-cara etis, penuh praktek moralitas.

Kalau Soe Hok Gie menganggap politik adalah barang yang paling kotor. Namun, dia tahu suatu saat manusia tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah mereka dalam politik. Politik diposisikan sebagai hal yang berbahaya, jahat dan mengerikan. Yang rusak dalam praktek politik, itu oknum.

Bukan politik yang destruktif. Gus Dur pernah berkata, yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Niat baik kita memperbaiki politik dengan idealisme, itu berarti harus turun dalam kancah politik. Jangan menjauh, atau mencaci. Dan penuh sinisme terhadap politik.

Seperti cinta yang selalu saja misterius. Politik pun begitu. Tere Liye memberi isyarat, jangan terburu-buru, atau kau akan merusak jalan ceritanya sendiri. Jika politik dijalankan penuh cinta, maka terwujudlah keadilan, kesejahteraan, yang hak dan batil akan terverifikasi. Lawan politik, menjadi kawan. Tidak diaduk jadi konflik.

Pada akhirnya cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong. Politik idealnya begitu, bukan sekedar retorika. Melainkan, menjalankan kata-kata. Kata indah dan bijaksana dari politisi, sejatinya terwujud dalam prakteknya.

Harus selaras. Jangan timpang antara kata dan perbuatan. Cinta tak mengajarkan kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Demi kemajuan bersama, politik juga mengajarkan spirit perjuangan. Tak harus gentar menegakkan kemanusiaan.

Cinta membangkitkan semangat, bukan melemahkan semangat. Gelora ini harus menggenapi perjuangan politisi, jangan mau kalah sama konglomerat dan pengusaha bajingan yang hanya memperkaya diri. Lalu melumpuhkan kebutuhan masyarakat. Politisi harus tegak lurus bersama masyarakat.

Banyaknya kepentingan berseliweran dalam politik. Walau begitu jangan membuat politisi gelap mata. Hilang rasionalitas dan independensi politiknya dalam memperjuangkan nasib masyarakat. Problem majemuk dalam praktek politik kita harus dijawab dengan keberanian berpihak pada masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun