Mohon tunggu...
Bung Adi Siregar
Bung Adi Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - BAS

Founder BAS Pustaka Copywriter Independen Pecinta Film Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bapak Bingung, Rakyat Pun Panik

5 April 2020   11:32 Diperbarui: 5 April 2020   11:44 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pekanbaru.tribunnews.com

Matahari sudah bangun dari peraduaan. Saatnya Jono bersiap-siap menuju tempat kerjanya. Hari itu, sungguh berat hatinya untuk melangkah. Tak seperti biasanya, ia ringan langkah, tanpa sarapan, bermodalkan segelas kopi  susu sachet. Bukan hujan yang menghalangi langkahnya menuju tempat menyambung hidup. Bukan pula sakit yang menghambatnya untuk bergerak mencari nafkah.

Melalui layanan komunikasi WhatsApp, ia mengirim pesan ke bosnya, "Pak, hari ini aku tidak masuk kerja. Setiap saya masuk perumahan antar air dan tabung gas selalu  disemprot disinfektan. Kemaren saja saya 32 kali kena semprot. Sampai baju basah. Lama-lama bukan virusnya yang mati pak, tapi aku yang mati."

Sejak kasus positif virus covid 19 merebak di wilayah Jakarta dan sekitarnya banyak perumahan dengan inisiatif sendiri melakukan antisipasi pencegahan. Mereka menyebutnya lockdown perumahan.

Masing-masing warga membuat defenisi sendiri lockdown. Dan penerapannya pun beda-beda tiap perumahan. Ada yang sekadar melarang pendatang ke perumahan. 

Ada juga yang sangat ketat, setiap pendatang dilarang masuk. Barang kiriman bisa dititipkan di pos satpam. Ojol cukup sampai pos satpam. Tidak bisa lagi masuk sampai ke rumah penerima kiriman barang.

Perumahan yang cukup dana, melakukan penyemprotan kepada setiap pengunjung yang hendak memasuki komplek perumahan. Membuat bilik disinfektan. Sekarang, petugas keamanan perumahan mendapat tugas tambahan, selain menjaga keamanan, sejak kasus covid 19 ini merebak, Pak Satpam mendapat tugas tambahan. Menyemprotkan disinfektan kepada warga yang hendak memasuki perumahan.

Angkat topi, warga kita cukup gercap. Dengan inisiatif sendiri melakukan desinfeksi di lingkungan permukiman masing-masing. Masyarakat langsung bergerak secara swadaya. Dalam pikiran warga, menunggu pemerintah kelamaan.

Meski bahan disinfektan sulit di pasaran. Masyarakat tak menyerah. Justru ditengah kesulitan seperti ini, kreativitas pun muncul. Dengan modal tutorial yang banyak beredar di media sosial bagaimana membuat disinfektan, masyarakat meracik sendiri disinfektan.

Jangan ditanya soal standar disinfektannya. Kalau komentar seorang teman, anggap saja sesuai standar. Cari yang tak sesuai standar saja sulit apalagi yang sesuai standar. Semua pake ilmu kiralogi.

Desinfeksi pun jalan secara swadaya oleh masyarakat. Lockdown berbasis lingkungan perumahan atau RW pun banyak dilakukan oleh warga. Awalnya, satu komplek perumahan yang memulai. Ibarat virus corana yang cepat menyebar, lockdown berbasis perumahan ini pun cepat meluas.

Masalahnya Pak RW pusing mendapat pertanyaan yang sama dan berulang, "Kapan perumahan kita lockdown Pak RW.......?" Warga selalu memberi contoh perumahan lain yang sudah melakukan lockdown lebih dulu. Akhirnya Pak RW mengikuti aspirasi warga, banyak perumahan level RW melakukan langkah serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun