Mohon tunggu...
Bung Adi Siregar
Bung Adi Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - BAS

Founder BAS Pustaka Copywriter Independen Pecinta Film Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dia yang Berjuang demi Sebuah Ide

16 Desember 2018   08:32 Diperbarui: 17 Desember 2018   08:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tangguh, perempuan tua itu sungguh teguh meski ujian dan cobaan datang silih berganti. Ia cerminan perempuan dari laut tengah, Afrika Utara, yang berada dalam pergolakan revolusi membebaskan diri dari kolonialisme barat. 

Seperti perempuan Afrika pada umumnya, tak memiliki pendidikan yang memadai untuk memahami apa yang  sesungguhnya terjadi. Cuma, jiwanya bisa merasakan. Ia mampu meraba jika telah berlangsung ketidakadilan selama satu abad lebih pada dia dan sebangsanya. Penindasan yang diperbuat Perancis berkolaborasi dengan para tuan tanah di negerinya.

Saat ia mulai merasa nyaman menempati sebuah tanah bersama suami dan keempat anaknya, tetiba  kehangatan keluarganya terusik oleh tuan tanah dibantu oleh polisi Perancis. Ia pun terusir dari tanahnya.

Kematian, ujian paling getir yang perempuan tua itu rasakan. Bukan kematian dirinya. Tapi kematian orang-orang terkasih. Anak perempuan satu-satunya itu mati ditembak oleh tentara Perancis. Suaminya pun mengalami hal yang sama. 

Meninggal   dalam aksi membabi buta tantara Perancis untuk menekan gerakan perjuangan kemerdekaan. Suaminya bukan siapa-siapa. Bukan juga pejuang kemerdekaan Aljazair. Suaminya hanya rakyat biasa. Tak mengerti tentang revolusi yang saat itu menjadi topik pembicaraan di negara-negara terjajah.

Saat itu baginya dunia ini sudah berhenti. Tak ada lagi yang tersisa baginya. Harapan dan impian hidup berdampingan hingga menimang cucu pupus  tiada berwujud.

Kini yang tersisa si anak bungsu Said, masih berada disisinya. Anak sulungnya Messauod dikirim mewakili tentara Perancis dalam perang Vietnam. Sementara anak keduanya Abdelkader  mendekam dalam penjara di Perancis. Abdelkader ditahan sebagai tahanan politik. Ia menjadi salah satu aktivis The National Liberation Front (FLN) Aljazair.

Kepada anaknya Said, ibu tua itu meminta agar bisa  berkumpul kembali dengan ketiga anaknya. Harta yang kini tersisa. "Hei, Said lepaskanlah kakakmu itu dari penjara. Ia bukan kriminil. Bukan pembunuh. Ia hanya memperjuangkan ide," kata ibu tua itu.

Abdelkader satu dari pemuda Aljazair yang melawan penindasan kolonialisme Perancis. Ia menyuarakan ide kebebasan untuk tanah airnya, Aljazair. Bebas dari penindasan fisik. Bebas menentukan nasibnya sendiri sebagai sebuah bangsa. Merdeka mengutarakan ide dan pikirannya.

Lazim bak bangsa terjajah lainnya, Aljazair tidak mendapatkan kebebasan sejak Perancis menguasai negeri bekas wilayah Turki Ustmani itu. Sangat lama Perancis menguasai negeri itu, sejak tahun 1848. Perjuangan Abdelkader dan pejuang kemerdekaan lainnya baru membuahkan hasil pada 25 September 1962.

Abdelkader satu dari sedikit manusia yang lahir dari sejarah perlawanan atas penjajahan manusia. Seolah sudah menjadi  sejarah abadi jika dunia ini tak lepas dari penindasan oleh manusia atas manusia lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun