Runtuhnya Uni Soviet sangat dipengaruhi oleh keadaan politik dan ekonomi dalam negeri yang saling berinteraksi. Runtuhnya Uni Soviet ini juga memengaruhi kondisi-kondisi negara lain di dunia, terutama negara sekutu yang kehidupan politik dan ekonominya juga menjadi berubah.
Uni Soviet merupakan negara komunis yang kekuasaan politiknya berada di dalam genggaman satu partai tunggal. Dinamika politik Uni Soviet pun juga tertutup, di mana tidak setiap orang dapat mengetahui dan mengikutinya. Sebagai negara komunis, Uni Soviet juga memiliki sistem ekonomi yang dipegang oleh publik, atau lebih tepatnya negara. Sistem ekonomi komando yang dianut membuat negara memiliki kekuasaan yang sangat besar pada pasar dan kebebasan ekonomi masyarakatnya. Sistem politik dan ekonomi yang senada ini saling memengaruhi satu sama lain sehingga membuat Uni Soviet menjadi salah satu dari negara terkuat di dunia.
Pada awal tahun 1990-an, kondisi politik dan ekonomi dunia mengalami perubahan. Kondisi Uni Soviet pun juga demikian. Sistem politik di Uni Soviet menjadi semakin terbuka dan bebas. Hal tersebut memengaruhi dan juga dipengaruhi oleh perubahan sistem ekonomi Uni Soviet yang menjadi semakin liberal; bertambahnya kebebasan ekonomi dan berkurangnya kepemilikan negara pada pasar, condong kepada sistem ekonomi campuran. Gempuran nilai-nilai dari dunia Barat tersebut akhirnya ikut berkintrobusi terhadap runtuhnya Uni Sovietpada tahun 1991.
Blok Timur pada perang dingin pun menjadi runtuh pula. Pengaruh ideologi politik-ekonomi komunis pada negara bekas aliansi Uni Soviet juga semakin memudar dengan cepat. Keruntuhan Uni Soviet tersebut juga melahirkan banyak negara baru. Bekas negara-negara aliansi serta negara-negara baru yang terbentuk tersebut cenderung memilih mengadopsi sistem politik demokratis dan sistem ekonomi liberal.
Dengan demikian, keruntuhan Uni Soviet memengaruhi kondisi ekonomi dan politik dunia/internasional dan tentunya kondisi ekonomi dan politik nasional banyak negara di dunia.