Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Buka Bersama Virtual, Salah Satu Ciri New Normal Syariah

25 April 2021   21:52 Diperbarui: 25 April 2021   21:59 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Buka Bersama (dok: Kumparan.com)

Beragama dan keberagamaan kita tidak dapat seperti dulu lagi. Itu suatu keniscayaan yang dimulai dengan mewabahnya virus Corona. Corona atau covid-19 membuat kita harus terus-menerus membunyikan genderang perang. Genderang perang yang kita tabuh terus-menerus itu harus mengikuti irama 'nasihat ibu', yaitu 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi/bepergian dan interaksi/kumpul-kumpul).

Beragama dan keberagamaan kitapun di era new normal ini, perlu penyesuaian di sana-sini. Melanggar syariat Islam? Ya tidaklah. Lihatlah contoh di Arab Saudi sana sekarang ini. Pembatasan-pembatasan dan penyesuaian-penyesuaian dalam hal beribadah dilakukan.

Haram? Ya tidaklah. Karena pandemi covid-19 ini no toleransi, semua yang melanggar pakem pembatasan untuk menghalangi covid-19 dilanggar, maka potensi terpapar oleh virus corona menjadi terbuka lebar. Dan penyesuaian-penyesuaian maupun perubahan-perubahan beragama dan keberagamaan itu dikawal oleh ulama-ulama yang mumpuni, yang paham bagaimana Islam perlu menyikapi pandemi covid-19 ini.

Beragama dan keberagamaan kita saat Ramadanpun perlu banyak disesuaikan. Diantaranya buka bersama. Buka bersama, menjadi ritual yang dianggap dapat mempererat tali silaturahim. Lalu akan dihilangkan kebiasaan baik itu karena menghadapi 'tembok besar' covid-19?

Beragama dan keberagamaan kita dipenuhi warga kreatif, warga +62 namanya, termasuk dalam tradisi buka bersama. Lahirlah buka bersama virtual. Bisakah dilaksanakan? Why not? Tapi tentu saja dengan modifikasi di sana-sini. Tidak sama persis dengan kebiasaan buka bersama yang biasanya dilaksanakan.

Saya sudah tiga kali ikut kegiatan buka bersama (bukber) virtual ini. Melalui fasilitas zoom meeting. Pelaksanaan bukber biasanya dimulai setelah diperkirakan kita selesai melaksanakan salat Ashar. Sekitar pukul 15.30 WIB.  Pembawa acara yang telah ditentukan sebelumnya, membuka acara dengan salam pembuka silaturahmi serta membacakan susunan acara. Setelah itu, acara diawali dengan ceramah keagamaan dengan ustad yang telah ditentukan.

Dilanjutkan dengan tanya jawab dan diakhiri dengan lantunan doa ke Hadirat Ilahi Rabbi. Selepas ceramah tersebut, dilanjutkan dengan topik obrolan bebas.

Biasanya membicarakan kejadian-kejadian yang lucu ataupun berkesan di masa lalu. Sambil beberapa sharing foto dan lain sebagainya. Tidak lama kemudian,waktu menjelang berbukapun akan tiba, seluruh peserta diminta melakukan foto bersama, lalu  masing-masing menyiapkan hidangan sekedar membatalkan puasa. Setelah azan berkumandang, hadirin zoomiyah sekalianpun membatalkan puasanya dan pembawa acara menutup acara bukber yang dilaksanakan secara virtual tersebut. Selesailah seluruh rangkaian kegiatan di sore itu.

Ringkas kan ya?! Ilmu agamanya dapat, silaturahminya dapat, ngobrol-ngobrolnya dapat, keakrabannya dapat, lantunan doanya dapat, foto-foto bersamanya dapat. Hanya sayang, sharing makanan atau yang biasanya kita sebut dengan istilah Sunda dengan cucurak (membawa makanan dari rumah untuk di share kepada mereka yang hadir) yang tidak dapat terlaksana. Tapi hal itu tidak menghalangi hakekat buka bersama, walau dilaksanakan secara virtual.

Beragama dan keberagamaan kita ke depan, dalam era new normal ini, perlu banyak dilakukan penyesuaian, menyesuaikan dengan patokan-patokan covid-19. Ulama-ulama akan mengawal ini dan perlu segera membuatkan banyak pencerahan-pencerahan untuk jamaah umat Islam agar dapat lebih tercerahkan sehingga kita beragamanya oke dan tetap mengikuti syariah keagamaan Islam yang kita yakini. Tetap jaga dan patuhi 5M yaaaa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun