Seakan menjadi hal biasa di Indonesia kalau pertandingan sepak bola selalu ingin berakhir ricuh, bukan hanya dalam lingkup sepak bola nasional seperti kejadian yang terjadi di Kanjuruhan telah mengerikan itu, terlebih rentan terjadi pada sepak bola lingkup lokal.
Harusnya sepak bola mesti berjalan damai, bukan dengan adu jotos. Namanya juga pertandingan tentu ada yang kalah dan ada yang menang. Tapi nyatanya juga dalam permainan sepak bola selalu saja ada yang ingin membuat kecurangan.
Hal-hal seperti itulah yang selalu memantik terjadinya kericuhan dalam sepak bola, termasuk di Indonesia sendiri. Sepak bola yang seharusnya hanya ajang pertandingan semata, dan gak patut merawat kebiasaan kericuhan tersebut. Itu adalah bagian yang tak diinginkan dalam sepak bola dan tentu akan sulit untuk bisa berlaga dalam lingkup nasional, terlebih berlaga dalam lingkup internasional, seperti halnya Piala Asia maupun Piala Dunia.
Berangkat dari sesuatu yang buruk juga bisa menghasilkan kebiasaan buruk nanti. Berangkat dari sepak bola lokal yang buruk, juga bisa membawa kebiasaan buruk jika ingin berlaga di nasional.
Baru-baru ini telah beredar video yang diunggah akun instagram @memomedsos, turnamen sepak bola Kapolres Bangka Tengah Cup justru berakhir dengan kericuhan.
Pertandingan antara GMN Namang dan Santos Brimob di semifinal pada turnamen tersebut ricuh gara-gara sejumlah pihak merasa tidak puas dengan keputusan yang diberikan oleh wasit, Rabu (21/12/2022) lalu.
Harusnya kejadian seperti ini tidak terjadi apalagi membawa-bawa nama turnamen Kapolres Bangka Tengah. Seperti diketahui bersama bahwa Kapolres beserta jajarannya sangat tidak patut melakukan kericuhan yang notabenenya sebagai pelindung dan pengayom.
Sontak dari kejadian tersebut mendapatkan respon dan komentar dari netizen.
"Kok bisa jadi polisi yah secara emosional mereka gak terkendali, gimana mau mengayomi rakyat udah bener sih gak pernah percaya yang namanya polkis-polkis, nanti kalau ada yang nanya kalau kemalingan mbanya lapor ke siapa bla bla bla, ga bakal lapor sih secara pernah lapor polisi malah habisi banyak uang," ujar salah satu netizen di kolom komentar.
"Emang SDMnya yang rendah," timpal yang lain.