Mohon tunggu...
Budi Prathama
Budi Prathama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kuliah di Universitas Sulawesi Barat. Hobi nulis lepas sambil minum kopi. Ngobrol di IG @budi.prathama

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bukan Kami Takut Masa Depan tetapi Kami Punya Planning

29 Maret 2021   08:12 Diperbarui: 29 Maret 2021   08:16 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: akseleran.co.id

Dalam menjalani kehidupan, tentu kita berharap segala kebutuhan dapat diraih dengan lancar tanpa ada kendala. Berusaha sekuat tenaga dan juga pikiran dalam mewujudkan cita-cita sesuai dengan harapan sebenarnya. Mengingat usahalah yang dapat menjadi nilai ukur seperti apa hasil yang akan didapatkan nanti. Namun, cara masing-masing orang tentu akan berbeda untuk menjalani kehidupan, ada yang sok gaya santai dan ada pula terkesan menegangkan dan menyeramkan.

Itulah hidup, dimana suatu usaha yang mesti harus dipertahankan dan diperjuangkan setiap saat. Karena hal tersebut dapat saja menjadi suatu kebiasaan yang terus terbawa sampai akhir hayat. Manusia hidup di dunia telah melalui fase-fese tertentu, seperti fase anak-anak, remaja dan pendewasaan diri untuk menuju pada sosok seorang ayah atau ibu kepada anak-anaknya nanti sebagai generasi penerus.

Pada fase tersebut, mungkin juga akan berbeda dari setiap manusia. Ada yang terlalu cepat melangkah dan mengalami perubahan drastis, namun ada pula yang sedikit lambat. Suatu kesyukuran dapat masuk pada jenjang pendidikan, tetapi tidak sedikit juga orang tidak dapat mengenyam pendidikan sampai pada level atas. Hambatannya pun bermacam-macam, mulai dari persoalan ekonomi, struktur sosial masyarakat bahkan ketidakmampuan diri sendiri untuk beradaptasi.

Sehingga dengan hal tersebut tidak jarang juga orang-orang menarget fase-fase kehidupan yang kelak akan dilalui, padahal tidak ada juga jaminan kalau ia bisa sampai kesana. Target yang mereka lakukan dengan mempunyai catatan kecil sebagai tontonan dan pengingat setiap saat ketika berjalan berdasarkan pada catatan tersebut.

Selain itu ada juga yang hidupnya biasa-biasa saja. Boro-boro ingin membuat planing, memperhatikannya saja tidak pernah. Sehingga mereka pun seakan tidak ada beban dalam menjalani hidup, mereka dengan mudah bersantai bahkan begumam sambil bergurau dibalik sulitnya tantangan masa depan.  

Dalam pengalaman, kebetulan saya mempunyai teman yang saya pikir hidupnya terlalu slow jika kita memandangngnya. Hal yang ia lakukan bersantai, pergi sana-sini padahal ia belum bekerja. Bahkan ia seakan tidak sadar kalau umurnya sudah level tua. Kategori umurnya pun sudah masuk seperti orang yang sudah berkeluarga. Tetapi, tingkahnya tidaklah seperti demikian.

Sempat ada teman saya yang lain bertanya kepada blio tentang kapan menikah. Mengingat umurnya sudah berkepala tiga namun tidak menikah dan belum sempat memikirkan hal seperti itu. Teman saya bertanya "sudah berapa umurnya bung, kanapa sampai sekarang belum ada info untuk menikah. Apakah bung tidak takut kalau ketinggalan dengan yang lain ".

Dengan sepintas saja blio langsung menjawab dengan suara nada yang agak tinggi, "apa masalahnya kalau umur sudah tua, tidak penting juga pikirkan itu dulu ". Alhasil, teman saya pun kembali bertanya "apakah tidak takut nanti kalau sudah menikah kerjanya hanya jadi tukang ojek ". Lalu, dijawab kembali "kau takut sekali dengan masa depan, apa pentingnya hal seperti itu yang dipikirkan ".

Dalam percakapan tersebut saya menganggap bahwa seakan-akan teman saya takut terhadap masa depan. Terlalu takut nanti kalau sudah berkeluarga namun kerjaan hanya sebatas tukang ojek doang. Sehingga hal itu yang menjadi pikiran sejak dini jangan sampai nanti kalau sudah berkeluarga tetapi tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, bukan berarti pekerjaan tukang ojek tidak baik ya. Karena sejatinya pekerjaan semuanya bagus, tergantung bagaimana pekerjaan tersebut kita bisa terasa nyaman melakukannya.

Ya, saya sendiri sangat sepakat kalau jangan terlalu takut terhadap masa depan. Tetapi, bukannya kami takut masa depan atau takut akan jadi seperti apa nanti kalau sudah berkeluarga, karena semua orang pasti ada rejekinya masing-masing. Melainkan  mempunyai planning, sebagai jalan meraih mimpi di masa depan.  

Apa salahnya kita membuat target apa-apa yang harus dilakukan untuk menyongsong masa depan. Misalnya tahun depan berencana mencari pekerjaan dan tahun berikutnya ingin menikah, saya pikir itu tidak masalah, iya kan. Bahkan itu adalah suatu aksi baik karena mempunyai perencanaan yang bisa dikerjakan agar bisa terwujud. Hal itu dilakukan supaya ada kejelasan dari mana dan mau kemana harus berusaha, artinya ada jalan algoritma yang jelas gitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun