Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Orang Kasar Itu Bernama Ahok

16 Maret 2017   16:40 Diperbarui: 17 Maret 2017   08:00 5988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Entah sudah berapa kali Jakarta berganti gubernur tapi permasalahan yang dialami kota ini selalu sama bahkan cenderung bertambah parah; banjir dan macet terutama. Banyak orang berdoa agar suatu hari akan datang serang gubernur yang mampu membereskan Jakarta dari permasalahannya. Dan Tuhan itu memang maha mendengar. Maka dikirimkanlah seseorang untuk membenahi Ibukota tercinta ini.

Tapi seperti yang sering dikatakan orang bijak, Tuhan itu selalu bekerja dengan cara yang misterius. Orang yang dikirimkan itu dikemasNya dengan atribut-atribut yang sangat berbeda dengan gubernur-gubernur sebelumnya. Dia keturunan cina, agamanya Kristen, omongannya nyelekit dan tutur katanya cenderung sangat kasar. Yak! Orang itu bernama Ahok.

Saya punya firasat bahwa Tuhan memang sedang menguji masyarakat Jakarta. Mampukah kita menemukan hadiah yang dikirimkan oleh Tuhan tersebut? Bisakah kita menilai seseorang itu jahat atau baik hanya dengan tutur katanya? Mungkin tidak mudah untuk menjawabnya. Tapi saya selalu percaya bahwa “You are not what you say but you are what you do.”

Okay, what does Ahok do? Saya sebagai rakyat merasa dan melihat bahwa Ahok itu memang betul-betul bekerja. Sepak terjangnya dengan mudah bisa kita ikuti. Kita bisa ngeliat apa yang dilakukannya dari video-video yang diunggah pemprov Jakarta di Youtube. Saya kagum dengan konsep transaksi semua dilakukan secara elektronik. Sebagai pembayar pajak saya jadi tau ke mana uang saya pergi dan sebagai pembayar pajak saya merasa punya andil atas kemajuan-kemajuan yang terjadi di Jakarta,

Emang apa aja sih kemajuan di Jakarta yang saya rasakan? Setiap kali saya pergi ke kantor, saya merasa Jakarta bertambah macet. Tapi saya bisa mengerti bahwa kemacetan itu terjadi karena pembangunan MRT dan LRT. Proyek MRT itu sebenernya sudah direncanakan sejak 26 tahun yang lalu tapi entah kenapa tidak pernah direalisasikan. Sampai akhirnya Ahok (bersama Jokowi) berani mengambil keputusan. Apapun halangannya proyek MRT dia lakukan. Saya gembira sekali melihatnya. Biarlah saya terkena macet beberapa tahun, yang penting anak-cucu saya nanti bisa hidup di Jakarta lebih tenang dan tenteram.

Titik-titik banjir sudah jauh berkurang. Memang Jakarta belum bebas banjir tapi saya melihat kemajuannya. Saya sangat kagum bagaimana pasukan orange yang digagas Ahok bekerja. Dengan waktu kerja 24 jam sehari mereka membersihkan kali-kali yang ada di kota ini. Mereka juga memasuki gorong-gorong mencari penyebab air tersumbat. Tanpa rasa jijik mereka bergulat dengan air dan sampah yang kotor hanya untuk membuat Jakarta menjadi kota yang indah dipandang.

Trotoar-trotoar dilebarkan. Ruang Publik Terpadu Ramah Anak sudah dibangun dan saat ini sudah 186 RPTRA ya sudah dikerjakan dan akan terus bertambah. Bukankah memang itu yang saya keluhkan selama ini? Kenapa anak-anak selalu main di rumah karena memang sulit sekali mencari ruang bermain di kota yang makin sempit ini. Dan saya takut kalo anak saya main di jalanan kesamber motor atau angkot. Sekarang ini saya tidak terlalu khawatir lagi pada masa depan anak-anak saya di kota Jakarta.

Perjalanan menuju tempat yang indah memang selalu  tidak mudah. Seorang pendaki gunung harus berjibaku melalui jurang dan jalan yang terjal untuk memanjakan matanya dengan keindahan puncak gunung.

Sekarang Ahok dituduh sebagai penista agama. Waktu saya mendengar peristiwa itu, saya juga marah pada Ahok. Saya juga merasa bahwa agama islam bukanlah domain dia untuk mengomentari. Tapi apakah dia penista agama? Cukup lama pikiran saya bergulat menelaah masalah itu. Sampai sekian lama jawabannya belum juga ditemukan.

Tiba-tiba saya teringat pada nasihat ibu saya. “Kadang kita harus memejamkan mata untuk melihat lebih jelas.”

TING! Wah pencerahan pun akhirnya datang. Ucapan ibu saya bermakna kalo kita ingin menilai seseorang, jangan dari apa yang keliatan. Kadang kita harus memejamkan mata dan biarkan hati yang bekerja. Apalagi mata adalah indera yang sering sekali mendominasi dan cenderung semena-mena membuat penilaian seenaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun