Salah satu hikmah ramadhan adalah saya gak pernah ketinggalan untuk sholat subuh. Sebagai orang yang punya insomnia, biasanya saya selalu tidur sudah dekat-dekat jam 3 pagi. Nah, di bulan puasa, jam-jam segitu saya gak bisa tidur juga karena udah keburu masuk waktu sahur. Maka jadilah selama bulan suci itu, saya selalu menjadi imam sholat subuh bagi seorang isteri dan dua orang anak. Setelah selesai menunaikan sholat barulah saya pergi tidur.
Suatu hari pas selesai sholat subuh, Reo, anak saya yang kecil bertanya, "Kenapa sih Ayah selalu lama pas sujud terakhir? Kalo Abang yang jadi imam, sujudnya sama aja dengan sujud yang lain."
"Sujud terakhir biasanya Ayah manfaatkan untuk berdoa karena doa yang dilakukan di sujud terakhir biasanya lebih makbul," jawab saya sembari melipat sajadah.
"Kenapa lebih makbul?" kejar anak saya lagi.
"Karena posisi bersujud adalah posisi terbaik antara kita dengan Tuhan. Di posisi itulah di mana muka kita lebih rendah dari pantat, posisi berserah diri pada Allah seutuhnya," jawab saya.
"Oh begitu. Dalilnya apa?" Kali ini Si Sulung, Leon, yang bertanya.
Anak-anak saya bersekolah di sekolah islam, Al Taqwa, di daerah Sentul. Itu sebabnya setiap ada hal-hal baru dia selalu nanya dalilnya.
"Wah, gak tau juga tapi ntar Ayah cari, deh."
Saya memang gak tau dalilnya karena ajaran itu saya dapet dari penasihat spiritual saya dan saya jarang sekali menanyakan dalil karena sesuatu yang menurut pemikiran saya baik ya lakuin aja. Berkali-kali saya bilang pada seluruh anggota keluarga bahwa belajar agama itu harus menggunakan akal. Jangan pernah menerima mentah-mentah apa yang diajarkan oleh orang lain. Manusia adalah makhluk berakal dan otak adalah hadiah terindah yang diberikan Tuhan untuk kita.
Puasa hari ketujuh, sekonyong-konyong punggung saya sakit luar biasa sehingga gak bisa berdiri lebih dari 2 menit. Saya memang memiliki sakit punggung yang akut. Sekali atau dua kali dalam setahun, penyakit ini kadang kumat dan menyiksa sekali. Melihat kondisi suaminya seperti itu, isteri saya menyuruh Si Sulung untuk menggantikan saya menjadi imam. Saya turut menjalani sholat subuh berjemaah itu bersama mereka sebagai makmum dengan posisi duduk.
Sholat subuh berjalan lancar. Anak saya, mentang-mentang menuntut ilmu di sekolah islam, memilih surat yang susah-susah dan panjang. Setiap surat dia lagukan dengan merdu dengan tajwid yang sangat fasih. Kagum sekali saya mendengar kemerduan suaranya. Untunglah saya sholat dalam posisi duduk, kalo nggak pasti saya sudah ambruk kesakitan karena terlalu lama berdiri.