“Bisnis juga kejam tapi nggak ada apa-apanya dibanding politik.”
Saya terdiam, menunggu Ayah melanjutkan penjelasannya.
“Sekotor-kotornya bisnis, paling orang cuma membunuh pesaing bisnisnya. Selesai, kan?”
Saya masih terdiam.
“Kalau politik itu adalah perang issue. Politikus saling hasut berkomplot dengan media, menyebar fitnah yang keji. Para pendukungnya yang kebanyakan rakyat jelata dan tidak mengerti apa-apa, termakan oleh issue tersebut sehingga terjadilah saling bunuh di akar rumput.”
Saya masih juga terdiam.
“Sementara politisi yang didukung dengan darah dan nyawa tersebut tidak peduli. Mereka justru ngopi bareng, ketawa ketiwi sambil mencari kompromi untuk berbagi-bagi rejeki,” kata Ayah lagi.
Saya sampe merinding denger penjelasan Ayah.
“Jadi sebaiknya politik itu kita jauhi ya, Yah?” tanya saya.
“Oh, sebaliknya. Justru kita harus mengerti politik. Kalo perlu terjun di dalamnya.”
“Katanya kejam? Kok malah harus ngerti sih?”