Aku terjebak ke dalam pusaran, terseret arus, dan kemudian menikmatinya. Itu adalah satu dari ribuan dosa yang membuatku tersiksa. Serasa dikejar-kejar hantu takberwujud melayang di alam mimpi.
Begini,
Setelan meraup keuntungan 3 miliar dari proyek pemerintah pusat senilai Rp 6,1 miliar di tahun 1995, pada tahun berikutnya kantor membuat proyek lagi. Ya, membuat proyek, bukan mencarinya. It's not business as usual. Bukan proyek pemerintah setempat dan sektoral (instansi pemerintah nonpemda) sebagaimana biasanya.
Cara membuatnya, para pemikir, atau disebut strategic planner, di perusahaan tempatku bekerja menyusun konsep untuk diajukan sebagai proyek. Marginnya lebih tebal dibanding proyek biasa yang menawarkan keuntungan "cuman" 10%.
Diary,
Singkatnya, pelobi kantor berkolusi dengan gubernur dan sekretaris daerah sebuah provinsi kaya. Akhirnya, pejabat publik tersebut menerbitkan Surat Keputusan pembentukan suatu badan optimalisasi perusahaan daerah milik Pemda Provinsi.
Ia juga menandatangani SK pengangkatan pengurus. Aku berlaku sebagai Bendahara. Gaya dong!
Orang-orang swasta yang bekerja meneliti kinerja 10 perusahaan daerah itu memberikan masukan dan memandu agar advis tersebut dilaksanakan oleh manajemen perusahaan daerah. Pemda menyediakan anggaran sebesar Rp 3 miliar untuk pekerjaan jasa konsultan dan pendampingan tersebut.
Diary,
Untuk ukuran tahun 1996 duit segitu gede banget lho! Bukan lagi disebut banyak.