Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pers Harus Terus Gelorakan Literasi di Era Digital

4 Februari 2020   06:42 Diperbarui: 4 Februari 2020   06:53 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi - suaramerdeka.com

Setelah reformasi, kebebasan pers dijamin oleh negara sebagai bagian dari kebebasan menyatakan pendapat. Pers berkembang menjadi 'anjing penjaga' yang terus berteriak jika melihat keanehan dan ketidakadilan. Karena esensi dari per situ sendiri tidak hanya sebatas menyebarkan informasi, tapi juga bisa menjalankan fungsinya untuk mendidik, menghibur, ataupun memberikan inspirasi baru.

Dalam perkembangannya, media banyak sekali bermunculan. Apalagi media online, yang mungkin sudah tidak terhitung jumlahnya. Tidak hanya media online, perkembangan media sosial ini juga telah membuat pergeseran gaya hidup seseorang dalam mengakses informasi. Media sosial tidak hanya berkembang menjadi tempat untuk saling interaksi, tapi juga dijadikan alternatif untuk mendapatkan informasi. 

Sayangnya, tidak hanya informasi positif yang berkembang, informasi negative pun banyak berkembang di media sosial. Media sosial banyak digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan informasi hoaks, pesan kebencian, hingga propaganda radikalisme dan terorisme juga seringkali kita temukan di media sosial.

Persoalannya adalah, budaya baca di tingkat masyarakat belum sepenuhnya berjalan. Tingkat literasi masyarakat kita masih sangat rendah. Masyarakat tidak melakukan cek dan ricek ketika mendapatkan informasi. 

Ketika informasi bohong tersebut dijadikan dasar, berpotensi menimbulkan kegaduhan. Dan ketika kegaduhan tersebut dibelokkan menjadi upaya untuk menegakkan kebenaran, yang terjadi adalah justru persekusi. Itulah yang terjadi di lingkungan kita saat ini.

Pada titik inilah pentingnya keberadaan pers. Pers harus mampu menjadi referensi informasi acuan masyarakat. Pers tidak boleh menebar provokasi apalagi kebencian. Pers justru mampu merangkul keberagaman yang merupakan karakter negeri ini. 

Pers harus bisa menyatukan, bukan menceraiberaikan. Untuk itulah, informasi yang muncul di media mainstream, harus obyektif tidak boleh subyektif, menyudutkan atau mengandung pesan kebencian. Ingat, informasi apapun yang berkembang semestinya bisa menyatukan, bisa memberikan dampak positif bagi publik, dan bisa memberikan pembelajaran buat kita semua.

Media mainstream harus bisa menjadi rujukan bagi masyarakat yang haus akan informasi. Media mainstream tidak boleh ikut arus, atau terpengaruh dengan maraknya pesan kebencian di media sosial. Jangan jadikan disinformasi di tengah masyarakat. 

Karena informasi yang menyesatkan, justru akan memberikan ketidakpastian. Karena itulah, media mainstream harus bisa jadi solusi di era digital seperti sekarang ini. Media mainstream harus bisa inovatif agar tetap bisa memberikan informasi yang terperca, ditengah kemajuan teknologi yang begitu pesat ini.

Ketika masyarakat ingin mendapatkan informasi yang benar, media mainstream harus bisa menjadikan tempat untuk klarifikasi sekaligus literasi. 

Pers harus mampu menumbuhkan budaya literasi yang kuat di masyarakat, agar budaya cek dan ricek tumbuh di level masyarakat. Literasi ini penting agar masyarakat bisa mendapatkan informasi yang valid, bukan informasi bohong yang terkadang disusupi pesan kebencian didalamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun