Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Damai, Jangan Kotori dengan Provokasi dan Kebencian

11 Juli 2018   07:16 Diperbarui: 11 Juli 2018   07:23 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - nasional.kompas.com

Perhetalan di tahun politik belum usai. Setelah pemilihan kepala daerah secara serentak berhasil digelar dengan aman dan nyaman, perhatian publik mulai tertuju ke pemilihan presiden, wakil presiden dan legislative, yang akan dilakukan pada 2019 mendatang. 

Meski masih lama, namun panasnya perebutan kursi nomor satu di Indonesia itu, sudah mulai terasa di pertengahan 2018 ini. Dunia maya mulai kembali diramaikan dengan informasi yang menyesatkan. Dan tak jarang informasi tersebut sengaja dimunculkan untuk menyudutkan pihak tertentu, yang dianggap menjadi lawan dalam pertarungan politik ini.

Sebelum kita menatap bagaimana pilpres dan pileg pada 2019 mendatang, mari kita coba introspeksi dan merenung sejenak. Pada pilkada DKI Jakarta setahun yang lalu, ujaran kebencian yang terjadi di dunia nyata dan maya begitu masif terjadi. Bahkan aksi persekusi juga terjadi dalam kehidupan nyata. Banyak yang menjadi tersangka, karena menjadi pelaku penyebaran kebencian. 

Puncaknya adalah ketika isu SARA digunakan untuk menjatuhkan elektabilitas salah satu paslon. Pada pilkada serentak kemarin, di beberapa daerah masih bisa kita temukan pola yang mirip dengan di Jakarta. Dan lagi-lagi, masih saja ada pihak-pihak yang sengaja memecah belah kerukunan bangsa yang sudah tercipta sejak dulu.

Pilkada serentak telah usai, dan perhatian orang kini beralih ke pemilihan legislative dan pemilihan presiden pada 2019 mendatang. Apakah pola provokasi dan penyebaran kebencian untuk menjatuhkan elektabilitas juga akan terjadi? Banyak pihak memperkirakan pola yang sama akan kembali terjadi. Namun, tentu banyak pihak pula yang tidak mengingingkan hal itu terjadi. 

Jika kita semua sepakat bahwa Indonesia adalah negara damai, maka janganlah menyebarkan provokasi dan ujaran kebencian. Janganlah membuat masyarakat Indonesia saling caci maki di dunia maya. Karena hal itu bisa berpotensi melahirkan konflik-konflik dalam skala yang lebih besar.

Mari kita tinggalkan ketidakpuasan yang tersisa dari pilkada serentak. Jangan belokkan informasi yang benar menjadi salah, atau sebaliknya. Biarlah perhelatan demokrasi ini berlangsung secara jujur dan adil. 

Karena esensi demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, setiap proses yang terjadi dalam sistem demokrasi, harus tetap memberikan manfaat yang lebih baik bagi rakyat. Untuk itulah, jauh-jauh hari kita harus terus saling mengingatkan agar pilpres dan pileg 2019 mendatang, bisa berjalan secara aman dan lancar, tanpa harus dihiasi caci maki dan kebencian.

Juga jangan lagi bawa sentimen SARA dalam perhelatan politik kedepan. Semua agama yang ada di Indonesia mengajarkan sopan santun, mengajarkan saling menghargai antar sesama, dan tidak pernah menganjurkan untuk saling bermusuhan. 

Juga jangan bawa ayat-ayat dalam kitab suci, untuk mendulang dukungan politik. Biarlah masyarakat menentukan pilihannya berdasarkan hasil perenungannya. Ingat, Indonesia adalah negara yang sangat toleran, yang sangat menghargai yang namanya keberagaman dan perbedaan. Dan semestinya, para pihak yang terlihat dalam perhelatan politik di Indonesia juga bisa mengedepankan perdamaian, demi terciptanya kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun