Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tinggalkan Kebencian, Saatnya Saling Menghargai

3 Januari 2018   09:30 Diperbarui: 3 Januari 2018   09:42 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan Untuk Membenci - okezone.com

2017 telah berlalu. Kini kita memasuki babak baru di 2018. Dan di tahun ini, akan banyak sekali momentum yang bisa saling merekatkan satu dengan yang lain. Namun momentum itu juga bisa saling merenggangkan satu dengan yang lain. Momentum yang dimaksud adalah pilkada 171 daerah secara serentak pada Juni 2018. Tidak berlebihan jika banyak yang menyebut tahun ini sebagai tahun politik. Karena di tahun ini pula, persiapan pemilihan presiden dan legislatif juga mulai dipersiapkan. 

Presiden Joko Widodo juga sudah memasuki masa cuti pada tahun ini, jika memang ingin maju ke pilpres 2019. Momentum politik inilah yang harus kita jaga dengan suka cita. Jika di awal tahun kita menyambut dengan suka cita dengan resolusi yang membangun, semestinya hal itu bisa bertahan hingga akhir tahun 2018 mendatang.

Pada tahun kemarin, ujaran kebencian begitu masif terjadi. Dan hal itu berpotensi masih akan terjadi, jelang pilkada serentak. Bahkan ujaran kebencian diperkirakan akan terus meningkat hingga pilpres 2019 mendatang. Dalam catatan Kemenkominfo, penyebaran berita bohong berbasis tulisan meningkat hingga 62,10% dalam setahun terakhir. Selanjutnya, ujaran kebencian berbasis gambar 37,50% dan ujaran kebencian berbasis visual bergerak (video) 0,40%. Sementara itu, kalangan politik menduga,  penyebaran berita bohong juga disebabkan kontestasi elektoral. Salah satunya pemilu dan pertarungan kepentingan. Bahkan, Menkopolhukam Wiranto, juga mengkhawatirkan peningkatan ujaran kebencian ini jelang pilpres 2019.

Bukan bermaksud untuk memperkeruh suasana, namun tulisan ini bermaksud untuk saling mengingatkan. Bahwa penyebaran ujaran kebencian dan berita bohong jelas tidak ada manfaatnya buat kita dan negeri ini. Sebaliknya, penyebaran kebencian justru hanya akan memecah belah persatuan dan kesatuan yang telah ada. Bagi pihak penyebar permusuhan, tentu tidak akan tinggal diam. Namun jika kita yang tidak menghendaki perpecahan tidak aktif melakukan pencegahan, maka kebencian itu akan semakin liar dan bisa berubah menjadi tindakan intoleran. Jika intoleransi sudah mengendalikan pribadi, maka paham terorisme akan mudah masuk ke dalam pikiran. Karena awal mula tindakan teror, bermula dari ideologi intoleransi.

Untuk itulah, perlu komitmen semua pihak untuk mengatakan tidak pada intoleransi, pada ujaran kebencian, radikalisme dan terorisme. Perlu sifat kenegarawanan dari para elit politik, untuk tidak mengakomodir segala bentuk intoleransi. Jangan beri ruang kepada kelompok intoleran yang terlihat mulai 'bekerja sama' dengan para elit politik. Berikanlah pendidikan politik yang benar. Boleh kita berbeda pandangan, tapi jangan sampai memunculkan permusuhan. Boleh kita berbeda ideologi, tapi jangan sampai perbedaan itu mengganggu kerukunan yang telah ada.

Perbedaan di Indonesia merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Indonesia adalah negara yang sangat mengedepankan toleransi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. Jangan sampai virus kebencian itu mengalahkan nilai-nilai perdamaian yang telah mengakar di negeri ini. Masyarakat harus terus mengupgrade pengetahuannya, agar tidak mudah terprovokasi informasi bohong. Masyarakat juga harus memahami ajaran agama secara baik dan benar, agar tidak mudah diprovokasi ajakan jihad, yang selama ini dilakukan dengan cara yang salah. Sekali lagi, stop kebencian dalam diri. Tumbuhkan budaya saling menghargai sejak dini, agar Indonesia selalu tumbuh menjadi negara damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun