[caption id="attachment_181569" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi : topmatch.bg"][/caption] Selamat sore sodara-sodara yang bersedia meluangkan waktunya untuk menyimak P.S.K (Penyelamat, ehhh Pengamat Sepakbola Koplaksiana). Entahlah, memang apa yang terjadi hari kemarin (7/6) mengenai penanda tanganan nota kesepahaman yang diinisiasi oleh gugus tugas bentukan AFC guna meredam dan menyelesaikan konflik yang terjadi di sepakbola Indonesia agar tak terkena sanksi oleh FIFA, seharusnya menjadi titik puncak dari perseteruan sepakbola nasional. Tapi mungkin benar adanya bila selalu ada "embel-embel" berupa syarat dan ketentuan berlaku. Nah, mengenai syarat dan ketentuan inilah bila kita merujuk dengan kepala yang "dingin", maka syarat dan ketentuan tersebut adalah bagi orang-orang yang masih punya hati nurani dan peduli terhadap kemajuan sepakbola Indonesia. Tapi mengapa media yang seharusnya menjadi corong kedamaian dan menjadi bidang sosialisasi mengenai proses menyejukkan di kancah sepakbola ini malah terkesan anteng-anteng saja? Apakah benar bila jargon seperti "bad news is good news" itu benar adanya? Bahkan sudah hampir 24 jam, namun belum ada media nasional yang dengan aktif mengabarkan dan memberikan pemahaman mengenai apa yang terjadi dalam penanda-tanganan nota kesepahaman antara pihak-pihak yang berseteru. Lebih menyedihkan, beberapa media lebih memilih mengetengahkan hasil wawancara daripada memberikan pencerahan mengenai isi daripada nota kesepahaman atau yang ngetrend disebut MoU (gk pake rinho). Coba dicek pada link berikut ini (di sini), maka kita akan menemui sebuah sikap yang sangat bebal dan ngeyel. Bukannya mulai berpikir untuk membangun sepakbola yang bisa dikatakan dalam kondisi yang sangat terpuruk ini, tapi malah lebih mementingkan satu kata yang memang selama ini sangat dijunjung tinggi, yaitu kekuasaan.
Nota kesepahaman atau GAGAL PAHAM ???
Berikut, dibawah artikel ini kami lampirkan copy dari nota kesepahaman 4 halaman yang ditanda-tangani oleh Djohar Arifin, Joko Driyono, dan La Nyalla. Dari copy dokumen tersebut, baiklah kita ambil inti sari dari hasil keputusan yang telah ditanda-tangani oleh ketiga bapak-bapak representasi sepakbola kita (ini bukan translate, gue kagak gape basa inggeris, ini cuma ngebaca pake nalar tok) : 1. PSSI menyetujui untuk memasukkan kembali 4 Exco yang telah dipecat dengan melalui prosedur. Jadi nggak ada tuh ceritanya kalo 4 Exco itu masuk OTOMATIS kembali ke PSSI (ntar dilanjut lagi poin 5 ya boss) 2. ISL harus berada dibawah yuridiksi PSSI dong boss, masa sepakbola dikelola oleh dunia lain? Ya mengenai disiplin, transfer, administrasi, perangkat pertandingan, dll harus dibawah kendali PSSI 3. KPSI yang merupakan "OTB" diminta (atau diwajibkan?) untuk membubarkan diri dan tidak merecoki kongres yang nantinya akan digelar (kalo orang Betawi bilang, ke laut aje lu bang) 4. Pembentukan Komite Bersama PSSI (apa kata yg pas buat Joint PSSI Committee?) yang hampir dipastikan akan diketuai oleh Prof Djohar Arifin, dan 1 orang wakil dari representasi ISL/KPSI, dan 3 orang anggota representasi dari IPL, dan 3 orang representasi dari ISL/KPSI (tapi yang harus diingat adalah, sesuai poin 3 bahwa KPSI harus bubarrrrr) dan setelah ini maka task force yang dibentuk oleh AFC juga dibubarkan, serta JC PSSI nantinya bekerja dengan supervisi dari AFC dan FIFA, bukan lagi TASK FORCE 5. Kongres berdasarkan voter KLB 9 Juli 2011 (bila ada yg merasa berhak dapat suara, padahal sudah dipecat PSSI hendaknya legowo, karna voter tersebut adalah mewakili PENGPROV bukan mewakili pribadi, jadi yg mungkin diambil oleh JC PSSI adalah caretaker CMIIW) Dari copy dokumen dibawah ini (atau juga bisa meluncur versi pdf-nya di sini), coba dibandingkan dengan statemen seseorang yang mengaku sebagai "penyelamat" dan mengatakan bahwa kongres berikutnya adalah memilih kepengurusan PSSI yang baru untuk menggantikan kepengurusan saat ini. Atau kalau masih belum puas bahwa orang ini memang haus kekuasaan, coba cek pernyataannya dahulu bahwa tim Task Force AFC tengah mempelajari hasil KLB Ancol (hehhh, anak esde kale yang mestinya belajar banyak, emang task force itu anak esde?) selengkapnya di sini. Kalau sudah begini, sudah makin jelas cetha wela-wela ndulek mata bahwasanya memang orang ini hanya sekedar mengincar jabatan dan kekuasaan semata. Sudahlah, kalau memang banyak yang gagal paham atas keputusan bersama yang direkomendasikan oleh Task Force AFC, seharusnya kita lebih banyak mawas diri karena dengan adanya kenyataan tersebut membuktikan bahwa pendidikan kita memang dirasa belum tepat sasaran memberikan pendidikan, dan terkesan hanya sebatas mengajarkan. Lebih menyedihkan lagi bila memang memandang apa yang tengah terjadi kali ini dengan segala emosi dan dendam yang tertumpah, maka dengan adanya hal itu tak heran bila hasilnya A tetep ada yang ngeyel bahwa hasilnya adalah B. Sudahi pertikaian ini, karna AKU CINTA, KAMU CINTA SEPAKBOLA INDONESIA !!! Damai suporter se-Indonesia adalah HARGA HIDUP !!!!
[caption id="attachment_181568" align="aligncenter" width="364" caption="Pengamat Sepakbola Koplaksiana"]
Pasang video @youtube dulu dech : Aku Cinta Kamu Cinta :p
