Mohon tunggu...
Tari Tarini
Tari Tarini Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang wanita yang mempunyai hobby memasak, menulis, bikin event dan berkomunitas

Hanya seorang pembelajar yang ingin terus belajar dan ingin keliling Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Ceria Berbalut Cinta bersama Anak-anak Bukit Sampah

8 Mei 2018   15:23 Diperbarui: 8 Mei 2018   15:41 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : dokumentasi fose

Riuh rendah gelak tawa murid-murid sekolah alam "Tunas Mulia" Bantar Gebang, memecah suasana ditengah hiruk pikuk panitia yang sedang mempersiapkan acara, Minggu 6 Mei 2018 kemarin. Murid-murid sekolah alam yang setara dengan PAUD, TK, SD dan SMP ini berkumpul dalam satu bangunan yang menyerupai aula. Jarang mereka bisa kumpul bersama seluruh kelas seperti ini.

Keterbatasan ruang belajar dan pengajar, mengharuskan manajemen sekolah alam untuk mengatur kegiatan belajar. Hari Senin, Rabu dan Jumat digunakan untuk kegiatan belajar murid-murid setara dengan SD dan SMP. Sedangkan hari Selasa dan Sabtu digunakan untuk kegiatan belajar anak-anak PAUD dan TK. Pada hari libur Sabtu dan Minggu digunakan untuk kegiatan ekstra dari para relawan yang mengajarkan kesenian seperti tari, marawis serta keseniannya lainnya. Khusus murid laki-laki ada kelas bola di hari Minggu, ujar Kepala Sekolah Ibu Yati.

Siapa kira ditengah menggunungnya bukit sampah Bantar Gebang ini berdiri sebuah sekolah alam dengan total jumlah murid kurang lebih 250 anak. Sekolah yang didirikan untuk anak-anak, yang umumnya berasal dari keluarga yang mengais rejeki dari tumpukan sampah nan menggunung.

Namun keinginan anak-anak untuk dapat belajar patut diacungkan jempol. Sudah selayaknya mereka mendapatkan empati dari semua yang peduli untuk ikut mendorong dengan menumbuhkan optimisme dan rasa percaya diri dibalik keterbatasan yang mereka miliki.  

Jangan lihat siapa mereka, meski terlahir dari keluarga kurang beruntung sebagai pemulung, namun mereka tetaplah anak-anak sama seperti anak-anak lainnya.

Jangan lihat dimana mereka tinggal, meski kumuh dan aroma busuk setiap saat menusuk, mereka tetaplah anak-anak yang mempunyai masa depan.

Mereka juga mempunyai mimpi untuk membangun masa depan yang lebih baik, tidak saja menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri namun juga pahlawan bagi keluarga dan lingkungan sekitar.    

Dan itu terlihat jelas ketika kakak-kakak relawan dari Fose (Fotografi Secret), Volunteer Bekasi dan Bekasi Trendi yang juga didukung oleh teman-teman dari SPJ (Sedulur Photographer Jogjakarta) Rumah Pelangi Bekasi dan staedtlerid, memberikan challenge membuat kreatifitas dari bahan seadanya yang sudah disiapkan oleh panitia. Dengan mengikuti arahan dari kakak-kakak relawan, anak-anak  ini mampu membuat kreatifitas dengan cepat dan cekatan.

Foto : dokumentasi fose
Foto : dokumentasi fose
Ada rasa haru melihat bagaimana mereka berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Bagaimana mereka enggan kehilangan momen dan tidak mau kehilangan waktu karena beberapa alat bantu terpaksa harus bergantian. Mendengar teriakan kecil dan rengekan mereka yang terlihat lucu, menggemaskan namun juga mengundang rasa haru semakin menumbuhkan rasa cinta. Dan rengekan itupun berhenti ketika mereka sudah mendapatkan alat bantu untuk memotong dan menggunting bahan, lalu asyik masyuk berlomba dengan waktu.

Foto : dokumentasi fose
Foto : dokumentasi fose
Sungguh, minggu siang itu menciptakan sebuah momen yang layak untuk dikenang. Momen dimana kami larut dalam keceriaan mereka dan membalutnya dengan rasa cinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun