Mohon tunggu...
Tari Tarini
Tari Tarini Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang wanita yang mempunyai hobby memasak, menulis, bikin event dan berkomunitas

Hanya seorang pembelajar yang ingin terus belajar dan ingin keliling Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Matinya Rasa Hormat pada Pahlawan di KRL

10 November 2017   11:06 Diperbarui: 12 November 2017   10:18 4836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu agak mendung, bulan November memang bulannya air. Kucuran air berkah yang dikirim Allah ke bumi untuk meredam keangkuhan sang Raja Siang.

Setengah bermalasan kubuka mata dan tak lupa bersyukur atas nikmat tidur yang tiada tara. Berjalan gontai menuju kamar mandi untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim.

Di ruang tengah, mataku tertuju ke arah kalender dan berhenti di angka 10..."Hari Pahlawan". Pikiranku lantas berputar, mencoba memahami arti "Pahlawan".

Sesaat teringat cerita dari para orang tua yang turun temurun diwariskan kepada anak cucu. Sebagai saksi sejarah mereka tentu paham betul akan kondisi dan situasi saat itu. Cerita merekapun bukan dongeng yang menina bobokan, tetapi cerita penuh semangat yang menggelora, membakar, menginspirasi lalu mengundang empati bagi siapa saja yang mendengar.

Rindu.... aku rindu pada cerita itu. Cerita bagaimana mereka bertahan dibawah todongan senjata penjajah, cerita perjuangan sebilah bambu runcing berhadapan dengan senapan yang sekali tarik pelatuk, selesai sudah hidupnya. Dan cerita para pahlawan lainnya dengan kisah-kisah heroiknya yang menumbuhkan spirit kepahlawanan.

Wew.....tak terasa waktu berjalan cepat dan aku harus bergegas menuju kantor. Seperti biasa, aku selalu menggunakan transportasi KRL karena ini satu-satunya transportasi anti macet meski kadang terhambat ketika ada gangguan. hehehehehe. Yah... minimal ga merasakan kemacetan setiap hari dan toh gangguan juga ga setiap hari lah.

Sesaat ketika memasuki stasiun jatinegara, tiba-tiba jiwaku bergetar, perasaanku mengharu biru dan tubuhku merinding. Untuk beberapa saat aku tertunduk ketika perjalananku terhenti dan terdengar lagu 'Mengheningkan Cipta' tepat pada pukul 08.16 WIB dari sebuah kereta krl yang membawaku pagi ini.

Sayangnya, aku terusik dengan suara suara berisik penumpang dari sisi depanku. Acuh dengan alunan musik pilu nan menyayat hati. Sebagian lagi asik masyuk dengan gadget dan earphone. "Ya Tuhan....." aku tidak bisa berkata apa apa lagi meski hanya berucap dalam hati.

Lantas pikiranku kembali berputar, mencoba memahami pemandangan disekitarku dan mencari jawaban atas pertanyaanku "Apa yang salah dan siapa yang disalahkan?"

Pemandangan pagi ini benar-benar membuatku miris.

Budaya dan etika untuk menghormati dan menghargai jasa para pendahulu khususnya para "Pahlawan Bangsa" sepertinya sudah mulai tergerus oleh teknologi. Memang tidak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi akan membawa peradaban Bangsa berkembang lebih baik dan modern. Namun demikian, maju bukan berarti melupakan yang terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun