Mohon tunggu...
BRORIVAI_Center
BRORIVAI_Center Mohon Tunggu... Politisi - Kehadiran lembaga BRC pada dasarnya untuk kemajuan Sulsel

BRC ( BRORIVAI Center )

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mungkinkah Indo-Pasifik Berpotensi Menjadi Mandala Konflik Regional?

28 Agustus 2019   19:28 Diperbarui: 29 Agustus 2019   14:28 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kajian stratejik Indo-Pasifik menjadi menarik untuk ditelesuri dalam dinamika politik global hari ini. Wilayah Indo-Pasifik sesungguhnya merupakan zona maritim yang dikelilingi oleh Samudra Hindia dan Pasifik serta termasuk semua negara yang berada dalam spektrum di kawasan ini. Karena letaknya bernilai strategis dan sangat kental dengan isu geopolitik menjadikan kawasan ini mengandung ketidakpastian di masa depan.

Pertanyaan utama yang menjadi mengemuka dan patut dijawab kemudian adalah "apakah Indo-Pasifik kelak dapat menjadi mandala konflik atau potensi kerjasama di masa depan?

Untuk membahas lebih lanjut, mari kita kenali lebih awal arti Indo-Pasifik dalam perspektif studi "Internasional Affairs", serta berikut tentang nilai penting yang terkandung di dalamnya.

Masih segar dalam ingatan 2017 lalu, Amerika Serikat (AS) telah mengadopsi konsep "Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka" (Free and Open Indo-Pacific/FOIP), dalam Strategi Keamanan Nasional-nya. Konsep tersebut menekankan prinsip kebebasan navigasi, supremasi hukum dan kedaulatan negara dalam wilayah tersebut.

Jepang, India, Australia dan AS kemudian ikut membentuk suatu kelompok strategis, dinamai "the Quad" untuk mengusung FOIP. Meskipun kelompok tersebut tidak secara eksplisit dibentuk sebagai suatu aliansi melawan pengaruh Cina, secara tidak langsung kelompok tersebut tampak juga ikut melaksanakan fungsi dan kebijakan AS.

Faktanya pada 2017, Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono menyatakan bahwa the Quad berusaha untuk "menahan" Cina. Sebaliknya Cina bersikap meremehkan konsep Indo-Pasifik. Bahkan Menteri Luar Negeri Cina menyatakan bahwa ide tersebut akan "pupus bagaikan busa."

Bahkan Cina tetap memulai tindakan mitigasi yang signifikan di wilayah timur Samudra Hindia karena kepentingan ekonomi di jalur komunikasi laut (rute perdagangan dan pertahanan) yang melintasinya.

Cina telah meningkatkan jumlah ekspedisi angkatan laut di bagian timur Samudra Hindia dan telah "mengelilingi" garis pantai India dengan menanamkan modal pada pembangunan beberapa pelabuhan di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara seperti Bangladesh, Sri Lanka, Malaysia, dan Myanmar.

Karena itu, akan lebih tepat bila kita mengatakan bahwa kini hubungan AS-Cina telah mendapat tekanan dalam beberapa waktu terakhir. Situasi ini semakin menguat ketika Strategi Pertahanan Nasional AS menyebut Cina sebagai "pesaing strategis" pada masa mendatang.

Demikian halnya, pemerintah AS tidak segan-segan menyatakan bahwa Cina banyak melakukan mal praktik dalam bidang ekonomi khususnya praktik perdagangan yang tidak adil, pencurian kekayaan intelektual, peningkatan agresi militer, dan campur tangan dalam politik dalam negeri AS.

Di tengah memburuknya hubungan dan interaksi kedua negara ini, perhatian kembali mengarah pada pembangunan pengaruh pada wilayah yang sebelumnya berada di pinggiran atau negara-negara yang berada dalam lingkaran Asia dan Pasifik (Asia Tenggara, Asia Selatan, Pasifik Utara dan Oceania).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun