Mohon tunggu...
Bramanti Kusuma
Bramanti Kusuma Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A Philosophy Student | bramisthewalrus.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Blaise Pascal Dianggap sebagai Seorang Filsuf?

9 Januari 2012   11:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Blaise Pascal (lahir di Clermont-Ferrand, Perancis, 19 Juni 1623 – meninggal di Paris, Perancis, 19 Agustus 1662 pada umur 39 tahun) berasal dari Perancis. Minat utamanya ialah filsafat dan agama, sedangkan hobinya yang lain adalah matematika dan geometri proyektif. Bersama dengan Pierre de Fermat menemukan teori tentang probabilitas. Pada awalnya minat riset dari Pascal lebih banyak pada bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan, di mana dia telah berhasil menciptakan mesin penghitung yang dikenal pertama kali. Mesin itu hanya dapat menghitung. Pascal adalah seorang Jansenisme setelah dia menjalin hubungan dengan biara Port Royal tempat saudarinya, Jacqueline menjadi seorang biarawati di sana. Dia menyerang para Yesuit yang dia anggap terlalu longgar dalam moralitas agama Kristen.

Di dalam pengkategorian filsuf sesuai alirannya, Pascal termasuk aliran rasionalis yang pertama kali dirintis oleh Rene Descartes. Walaupun begitu, Pascal memiliki kecenderungan yang berlainan dengan filsuf rasionalis lainnya. Pascal yakin bahwa iman melebihi rasio berbeda dengan filsuf rasionalis lain yang menekankan bahwa iman di bawah rasio. Pascal bisa disebut sebagai seorang filsuf karena dia merintis sebuah cara berfilsafat yang pada nantinya digunakan lakukan oleh Kierkegaard dan juga mengkritisi kemampuan rasio manusia.

Pascal mengkritisi rasio dengan membandingkannya dengan hati. Pemikiran ini lebih dikenal dengan nama Le Coeur. Hati di sini bukanlah emosi belaka melainkan unsur pemahaman yang dapat menangkap prinsip-prinsip pertama kenyataan secara berlainan dari rasio. Menurutnya, hati memiliki alasan-alasan yang tidak dimengerti rasio. Kebenaran tidak hanya diketahui dengan rasio tapi juga dengan hati. Pascal tidak ingin memperlihatkan bahwa rasio dan hati bertentangan, dia hanya ingin menunjukkan bahwa rasio manusia tidak sanggup untuk memahami semua hal. Rasio hanya mampu memahami kebenaran-kebenaran matematis dan ilmu alam sedangkan hati melampaui semua itu bahkan sampai pengetahuan tentang Tuhan.

Gagasan lainnya yaitu mengenai Le Pari atau pertaruhan atau lebih dikenal dengan Pascal’s Wager. Gagasan ini berkaitan dengan ada atau tidaknya Tuhan. Gagasan ini diilhami oleh cemoohan orang-orang skeptik terhadap orang Kristen yang tidak dapat membuktikan secara rasional apakah Tuhan itu ada atau tidak. Menurut Pascal, orang yang bertaruh bahwa Tuhan itu ada dan ternyata Tuhan memang ada, orang itu akan berbahagia di surga nanti. Sedangkan jika pada akhirnya Tuhan itu ternyata tidak ada, orang tersebut tidak akan rugi. Kebaikan yang dijalani selama hidup di dunia adalah keutamaan yang membuat kehidupan mereka dan orang lain bahagia.

Dengan kritiknya tentang rasio, rasionalisme mendapatkan tantangan dari Pascal. Oleh karena itu, Pascal bisa disebut sebagai seorang filsuf karena dia membahas mengenai suatu hal dalam filsafat khusunya mengenai epistemologi, yaitu kritiknya terhadap kemampuan rasio.

sumber: – wikipedia.org

- F. Budi Hardiman – Filsafat Modern: Dari Machiavelli Sampai Nietzsche

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun