Mohon tunggu...
M.Abdussalam Hizbullah
M.Abdussalam Hizbullah Mohon Tunggu... Administrasi - mencoba menulis meski tidak berbakat

jika tulisanku ini bermanfaat, bagikan pada orang lain agar manfaatnya tidak terhenti padamu. 😘😘

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggambar Pelangi Tanpa Warna

15 Februari 2018   20:09 Diperbarui: 10 Maret 2018   16:59 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ditanyakan tentang hal yang paling menyenangkan. Maka dengan cepat aku jawab, salah satu hal yang menyenangkan dalam hidupku adalah menggambar. Mendeskripsikan prespektif pribadi dalam sebuah kertas. Tidak banyak alasannya, hanya menghadirkan rasa nyaman saat mulai berimajinasi ketika menggambar sesuatu.

Saat aku mendapatkan buku gambar pertamaku. Lengkap dengan pensil, penghapus, dan pensil warna kayu. Aku hanya terfikir untuk menggoreskan pensil pada kertas, menambahkan warna pada sketsa hitam putih, membentuk berbagai hal yang terlintas dalam benakku. Menggambar rumah, bunga, orang, mobil, sungai, sawah, pohon, daun dan tidak ketinggalan gambar yang menjadi trend dikalangan anak indonesia generasi 90-an. Yups, itu adalah gambar pemandangan dua buah gunung berwarna hijau dengan matahari yang muncul ditengahnya, jalan lurus yang mengarah pada gunung hijau dan selalu ada hamparan sawah pada sisi kiri dan kanan jalan.

Ya, aku ingat juga saat aku diajarkan menggambar bentuk bebek yang diawali dengan angka 2 (dua). Mulai dari menulis angka dua, lalu menambahkan bentuk badan dan sayapnya, dan diselesaikan dengan menambahkan paruh, kaki, dan mata. Aku hanya merasa nyaman atau mendapatkan perasaan yang lebih dari nyaman ketika aku menggambar. Kemudian suatu hari aku melihat pelangi, secara spontan aku menggambarnya dalam buku gambarku. Dan sejak saat itu, menggambar bentuk pelangi adalah hal yang paling kusukai dibanding bentuk lain. Karena dengan menggambar pelangi, aku bisa menggunakan banyak warna pada buku gambarku. Membuat berbagai warna yang berbeda menjadi satu kesatua. Saat melihat pelangi dengan warna merah, kuning dan hijau. Aku berfikir untuk menggambarnya dengan warna yang lebih banyak. Aku goreskan warna ungu, merah, merah jambu, jingga, kuning, hijau, bahkan aku hampir menggunakan semua warna pensil warna yang aku susun dengan diikat menggunakan karet gelang.

Pelangi memberikan banyak arti dalam kehidupan. Berbagai makna yang terkandung dalam satu bentuk gambar pelangi memberikan berbagai hal yang tidak dapat aku ucapkan. Makna-maknanya hanya tergambar dalam pikiranku. Ya, mungkin memang begitu seharusnya. Tidak semua yang ada dalam pikiran harus dijelaskan, justru lebih baik jika itu tetap menjadi makna yang tidak dapat dijelaskan. Begitulah pikirku.

Hingga pada suatu ketika, aku menemukan sebuah buku tua milik ayah. Tersusun diantara buku-buku agama dalam rak. Tidak begitu besar, ukurannya hanya setengah dari besar buku catatan matematikaku. Di dalamnya terdapat berbagai coretan yang menceritakan hal-hal yang sangat luar biasa. Buku itu menggambarkan kelahiranku, nasehat, harapan, dan sebuah bentuk kebahagiaan yang pernah digapai oleh ayah. Ayahku ternyata seorang yang hebat dalam menggambar.

Saat menemukan buku itu, aku menemukan sebuah metode lain dalam menggambar. Ya, ayah memiliki metode yang berbeda denganku dalam hal menggambar. Da aku rasa, metode yang digunakan ayah adalah metode yang lebih kusukai. Jika aku menggambar sesuatu dalam sebuah kertas menggunakan pensil warna dan berbagai bentuk, ayah menggambar sesuatu dalam kertas menggunakan kata-kata.

Buku yang kutemui diantara selipan buku di rak adalah buku yang berisi berbagai puisi yang ditulis ayah. Dengan membacanya, aku bisa terbayang hal-hal yang disampaikan dalam bait-bait puisi itu. Aku melihat bahwa menggambar dengan pensil warna memang menarik, tetapi menggambar dengan tulisan lebih menarik lagi menurutku. Sejak saat itu aku mulai mengubah metode menggambarku. Menggoreskan pensil untuk membentuk banyak kalimat terasa sangat menyenangkan. Tetapi, aku tetap menggambar menggunakan pensil warna. Aku menggambar dengan pensil warna saat aku tidak dapat mengambarkan suatu hal dalam untaian kata yang kubuat.

Hingga saat ini, menggambar tetap menjadi hal yang terasa sangat menyenangkan. Ketika ada hal yang ingin aku sampaikan pada orang lain, aku mulai menggambarkan hal tersebut dalam bentuk tulisan. Denga kosa kata sederhana, aku mencoba menggambarkan sesuatu yang memiliki makna. Seperti halnya saat aku menggambar pelangi menggunakan pensil warna. Aku mencoba untuk menyampaikan berbagai hal yang ada dalam benakku. Menjelaskan hal-hal yang aku ketahui tanpa harus membuat orang mencari arti dari gambaran yang aku terangkan dalam tulisan.

Menggambar pelangi dengan pensil warna memang menyenangkan. Karena dapat meggoreskan berbagai warna yang menakjubkan pada kertas yang hanya berwarna putih. Tetapi, menggambarkan arti pelangi dalam kertas putih menggunakan tinta hitam justru membawa warna pelangi itu keluar dari kertas. Mencoba menjelaskan berbagai makna yang ada dalam gambar pelangi dengan mewarnai kehidupan mengunakan pensil hitam Ya, dengan menulis, aku bisa menggambar berbagai warna hanya menggunakan warna hitam tanpa harus menggunakan warna merah, kuning ataupun hijau.

Ketika aku menggambar pelangi dengan makna yang mendalam menggunakan beberapa pensil warna, aku justru dapat meggambarkan makna yang ada dalam bentuk pelangi hanya menggunakan satu warna. Dan makna yang ada didalamnya tidak hanya mewarnai kertas, tetapi mewarnai setiap orang yang membacanya. Paling tidak memberi warna pada hidupku. Ya, menggambar memang menyenangkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun