Mohon tunggu...
BONFILIO GRAVITO RATU
BONFILIO GRAVITO RATU Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa dari Universitas Katolik Parahyangan fakultas filsafat keilahian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memperjuangkan Eksistensi Pancasila di Millenium Ketiga

11 Maret 2023   20:42 Diperbarui: 11 Maret 2023   20:45 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pancasila, sebuah kebenaran hakiki yang dipegang teguh, diperjuangkan dan dihidupi oleh bangsa Indonesia. Pancasila memanifestasikan diri menjadi weltanschauung bagi bangsa Indonesia. 

Sebagai weltanschauung, Pancasila mengiluminasi kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai kebenaran Pancasila mengiluminasi seluruh kehidupan dan perkembangan bangsa Indonesia sehingga Pancasila menjadi identitas bagi bangsa Indonesia. Pancasila turut menjadi suatu substansi yang merekatkan pluralitas dalam bangsa Indonesia. Seolah memiliki daya magis, Pancasila mempersatukan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. 

Menganalogikan bangsa Indonesia layaknya sebuah pohon besar, Pancasila menjadi substansi yang mengatasi berbagai keberbedaan yang ada. Pancasila menjadi akar yang menancap ke dalam bumi sehingga memampukan bangsa Indonesia untuk bertumbuh dan berkembang hingga saat ini. Oleh karena ini dalam peziarahannya, bangsa Indonesia dan Pancasila menjadi satu kesatuan yang dependen satu sama lain sehingga menciptakan kemanusiaan Indonesia yang utuh, berintegritas dan harmonis.

Peziarahan kehidupan manusia menginjak milenium ketiga. Dalam milenium pertama, manusia berikhtiar menemukan jawaban atas pertanyaan substansial yaitu "dari manakah segala sesuatu ini berasal?" Perjalanan manusia untuk mencari prima causa (penyebab utama) dari segala sesuatu memunculkan terma supreme being yang mengacu kepada sosok transenden yang menjadi penyebab segala sesuatu. Supreme being tersebut mengacu kepada sosok Tuhan yang menjadi penyebab segala sesuatu.  

Dalam milenium kedua, manusia yang telah menemukan bahwa sosok supreme being tidak mampu menjawab rasa ingin tahu manusia. Manusia tidak puas dengan berbagai jawaban transenden dan abstrak tentang kehidupan ini sehingga milenium kedua diwarnai dengan ikhtiar pembunuhan Tuhan. 

Berbeda dengan kedua milenium sebelumnya, dalam milenium ketiga ini manusia dihadapkan pada situasi zaman keterheranan. Milenium ini ditandai dengan realita yang kini berkembangan sedemikan rupa menuju ke arah yang tidak dapat diprediksi dan tidak mampu dijelaskan kembali dengan kacamata pandangan milenium-milenium sebelumnya. 

Hal tersebut kian diperkuat dengan kelahiran teknologi yang mendegradasi nilai-nilai humanisme. Teknologi menghalusinasi manusia dan melahirkan berbagai problematika dilematis sehingga memperumit kehidupan manusia dengan berbagai tawaran kebenaran-kebenaran baru di dalamnya. Maka manusia dihadapkan pada berbagai pilihan kebenaran baru yang transenden ataupun kebenaran yang berasal dari manusia sehingga manusia milenium ketiga berada dalam posisi keterheranan pilihan.

Situasi keterheranan tersebut turut melanda bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia kini menghadapi situasi keterheranan yang menyebabkan dilema memilih kebenaran baru yang ditawarkan atau berpegang pada Pancasila sebagai kebenaran warisan para founding fathers. Pancasila sebagai suatu grand narrative telah kehilangan tempatnya dalam era postmodernisme yang dengan lantang berikhtiar membunuh grand narrative. 

Tidak hanya itu, Pancasila dipandang telah usang dan bahkan kehilangan daya 'magisnya' sehingga muncul ikhtiar menggantikan Pancasila dengan kebenaran-kebenaran baru. Problematika ini tampak dalam berbagai fenomena yang berikhtiar menggantikan Pancasila dengan berbagai nilai kebenaran baru. Problematika tersebut menjadi tendensi bahwa nilai-nilai kebenaran yang termuat dalam Pancasila tidak lagi aktual dan relevan dengan dinamika bangsa Indonesia saat ini.

Ikhtiar untuk memperjuangkan eksistensi Pancasila kini mulai bergema dengan lantang. Berbagai pihak memunculkan segudang cara sebagai ikhtiar memperjuangkan eksistensi Pancasila di tengah gempuran ideologi-ideologi baru. Salah satu ikhtiar memperjuangkan eksistensi Pancasila ialah metodologi hermeneutika filosofis. Hermeneutika filosofis hendak mengartikan "refleksi kritis yang hendak memahami berbagai cara manusia memahami dunianya." 

Hermeneutika ini membawa manusia pada suatu tatanan kesadaran manusia untuk memasuki dimensi baru kehidupan manusia. Manusia dibawa kepada dimensi realita kehidupannya yang mencakup berbagai macam ilmu, sistem nilai, sistem logika dan ideologi-ideologi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun