Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Hal yang Perlu Dimiliki Oleh seorang Kepala Sekolah

30 September 2018   12:37 Diperbarui: 30 September 2018   12:52 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini hanya berupa catatan kecil. Anggap saja opini pribadi yang tak mendasar karena penulisnya bukan pengawas, bukan guru senior apalagi kepala sekolah. Dan soal kepala sekolah saya pun tidak layak. Ini hanya berdasarkan pengalaman pribadi saya menjadi guru dengan masa kerja baru lebih dari 10 tahun (walau jejak administrasi sudah 12 tahun). 

Saya juga sudah dipimpin lebih dari 6 kepala sekolah dan mereka tentu memiliki style (leadership) yang berbeda pula. Kemudian ditambah lebih dari tiga tahun pengalaman saya bertugas di daerah terpencil.

Ada 3 hal yang perlu dimiliki oleh seorang kepala sekolah. Pertama,  profesionalitas. Kedua, leadership dan yang ketiga, manajerial.

Pertama, soal profesionalitas atau profesional. Seorang kepala mesti dipilih dari guru yang sudah profesional. Jika merujuk Permendikbud No 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah. Permendikbud tersebut mensyaratkan bahwa guru yang akan ditugaskan sebagai kepala sekolah adalah guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik. (Kalau sedikit toleransi sudah melewati proses PLPG, minimal). Mengapa ini menjadi syarat utama? Kegiatan di sekolah didominasi oleh aktivitas guru. Guru memiliki tugas, peran dan tanggung jawab yang sangat vital dan tak tergantikan.

Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, dst (lengkap baca UU Nomor 20 Tahun 2003). Artinya bahwa kepala sekolah itu dia sudah menjadi guru dan sangat paham dan kompeten selama melaksanakan tugasnya. Bila dia ditugaskan sebagai kepala sekolah dia tahu apa yang mesti dilakukan.

Syarat guru profesional hari ini dia mesti lulus ujian bidang profesi guru (sesuai pendidikannya) dan pedagogik - aturan lama, PLPG. Dan terbaru adalah Pendidikan Profesi Guru  (PPG) - (swadaya, prajabatan, dan dalam jabatan) semakin sulit karena sebelum mengikuti pendidikan yang ribet itu, seorang guru harus lulus pretest bidang potensi akademik, bakat dan minat, profesional dan pedagogik dengan passing grade yang ditentukan setelah itu baru ia mengikuti PPGJ. Selanjutnya  jika guru sudah menempuh semua syarat akademik di PPG akan diakhiri ujian tulis nasional dengan syarat passing grade 80. Jika lulus baru ia mendapatkan sertifikat pendidik sebagai pengakuan atas profesionalitasnya.

Dengan tingkat kompleksitas semacam ini bagaimana bisa seorang kepala sekolah yang belum profesional memimpin guru yang sudah profesional? Ini logika sederhana saja.

Selain soal profesional dibidangnya, kepala sekolah hari ini perlu menguasai IT (informasi dan teknologi). Paradigma hari ini bahwa kemajuan dunia tak lepas dari kemajuan teknologi dan perkembangan informasi yang sangat masif. Jika ketinggalan informasi maka kita akan ketinggalan langkah maju bahkan menimbulkan kerugian material dan finansial.

Kedua, soal leadership atau kepemimpinan. Memimpin itu kemampuan mempengaruhi orang lain. Kepala sekolah itu bukan pemimpin politik sehingga ia mesti banyak bermanuver. Walau begitu ia tak harus alergi soal politik. Kepala sekolah itu berada ditengah kaum intelektual jadi mempengaruhi orang guru lain itu dengan sikap profesional, karakter yang kuat, integritas, disiplin, dan semangat berinovasi serta bersikap demokratis. 

Demokratis itu maksudnya pemimpin itu bukan manusia super dan menganggap bahwa segalanya ia bisa atau semua akan beres olehnya. Konsep demokratis yang dimaksud yakni ia mesti membuka diri dengan orang lain. Kalau senior is never wrong itu keliru. Dan jargon ini sudah usang.

Pemimpin itu mengayomi bukan mengeksploitasi namun memberdayakan semua potensi yang ada. Disitu ada reward and punishment. Siapa yang salah ditegur dan diberi pembinaan, siapa yang berkinerja baik diapresiasi. Pemimpin harus tuntas dengan urusan pribadinya. Sehingga saat ia memimpin tak ada beban atau belenggu pribadi yang dapat mengganggu laju kepemimpinannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun