Mohon tunggu...
budi aman
budi aman Mohon Tunggu... -

Lahir di Kabupaten Bone dengan pendidikan S1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berbagi Rezeki Dengan Batu Mulia Sinjai

14 September 2014   17:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:43 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika selama ini Kabupaten Sinjai lebih dikenal sebagai daerah penghasil ikan dan aneka buah-buahan serta berbagai tanaman komoditas lainnya yang bernilai dollar, kini, daerah yang berjuluk tiga dimensi ini karena wilayah geografisnya yang terdiri dari pesisir/pulau, dataran, dan perbukitan/pegunungan, juga mulai mendapat pengakuan sebagai salah satu daerah yang mengandung potensi bongkahan batu mulia yang tersebar pada hampir seluruh wilayahnya, sehingga dalam beberapa waktu terakhir ini, tidak sedikit pengrajin, pencinta, dan kolektor batu mulia dari berbagai daerah dan provinsi di Indonesia, semakin aktif melakukan perburuan bongkahan dan serpihan batu mulia di sudut-sudut wilayah Kabupaten Sinjai.

Daeng Emba, salah seorang pengrajin asal Kabupaten Gowa yang ditemui pada bantaran Sungai Teko Dusun Takkuro Kelurahan Samaenre Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai, mengakui jika pencarian yang dilakukannya bersama beberapa orang temannya di Sinjai ini, sudah berlangsung cukup lama, dan tidak sedikit bongkahan maupun serpihan yang telah kami dapatkan dan sudah kami olah dalam bentuk permata cincin yang kemudian terjual laris di pasaran, karena memang hasilnya sangat menakjubkan, bahkan berdasarkan pengakuan para konsumen kami, keindahannya lebih berkelas disbanding dengan batu permata sejenis yang didapatkan dari daerah lain, sehingga harganya pun kami pasarkan melebihi harga rata-rata yang ada di pasaran.

Dalam setengah hari pencarian, Daeng Emba bisa mengumpulkan bongkahan dan serpihan 7 sampai 10 karung pupuk pada satu wilayah bantaran sungai tanpa harus bersusah payah berjalan jauh menelusuri panjangnya bantaran sungai, karena memang bongkahan batu yang tergelatak baik pada pinggiran sungai maupun yang terendam pada kedalaman air sepuluh centimeter sangat mudah ditemukan, walaupun secara kasat mata, kelihatannya tampak seperti bongkahan batu biasa lainnya, namun kalau kami yang sudah terbiasa mengidentifikasinya, tidak lagi kesulitan untuk memilih dan memilahnya mana yang terbaik, mulai dari yang pekat sampai tembus cahaya yang dapat menampilkan kemilau keindahan urat-uratnya.

Selain, bongkahan dan serpihan akik, Daeng Emba juga menuturkan jika Sinjai memiliki kekayaan berbagai jenis fosil kayu, kerang, dan beberapa jenis buah yang belakangan ini terbukti sangat disenangi para kolektor baik di Makassar maupun Kalimantan dan Jawa, bahkan beberapa langganannya di Negara serumpun Malaysia, Singapur, dan Korea sangat menggemarinya, utamanya jenis fosil kelor dan kerang laut. Jika mereka kebetulan berada di Indonesia atau Makassar, mereka pasti mendatangi tempat saya, untuk memborong permata jenis fosil yang telah kami bandrol mulai dari harga Rp.500.000 sampai dengan puluhan juta rupiah.

Yang menarik dari penuturan Daeng Emba adalah pengakuannya yang serius jika para konsumennya itu tidak mengetahui asal permata yang dijualnya, karena selain dirinya yang memang tidak pernah menjelaskan daerah asal batu permatanya, dia pun jujur mengakui jika batu yang kebanyakan sejenis akik belum punya nama sebagaimana lazimnya dengan batu permata asal daerah lain, namun baginya itu bukan masalah untuk mereka melakukan pemasaran, karena tampaknya para kolektor, pencinta dan pembeli, dapat mengidentifikasinya sendiri jenis-jenis batu yang kami jual, walaupun tidak jarang saya merasa tergelitik dan harus menahan tawa, jika para langganannya menyebut nama permatnya persis sama dengan nama permata yang menggunakan nama sebuah pulau tempat asal batu itu.

Sementara itu, pengrajin lainnya, Liliek asal Surabaya Jawa Timur yang melakukan pencarian bongkahan di sekitar wae pellae Tondong Desa Kampala Kecamatan Sinjai Timur, juga menuturkan jika dirinya mampu menembus pasar permata di Surabaya dan Rawa Bening Jakarta dengan mengandalkan batu permata asal Sinjai yang telah diolahnya, meskipun dia sendiri harus mengakui jika jenis batu permata yang dijualnya belum punya nama khusus sebagaimana umumnya dengan batu permata yang lain, namun bagi Liliek, itu bukan masalah karena rata-rata pembelinya mengetahui jenis permatanya yang kebanyakan akik dan fosil. Yang membedakan dengan kebanyakan batu sejenis, permata asal Sinjai khususnya yang tembus cahaya jika disorot dengan lampu senter, batu itu kelihatan lebih berkilau dengan pancaran warna yang berbeda dengan warna asli fisik batunya, begitu juga dengan serat serta urat-uratnya menunjukkan kelasnya sendiri yang mencitrakan jenis dan karakternya sendiri, sehingga memang beda dengan batu lainnya.

Relasi Lilik di Surabaya dan Jakarta yang membantunya memasarkan batu permata hasil olahannya, tak henti-hentinya meminta suplay tambahan, karena menurutnya permatanya sekarang memang sedang laris manis, sehingga Lilik pun memilih untuk lebih berkonsentrasi mengumpulkan bahan dan mengolahnya untuk kemudian dikirim dalam bentuk permata tanpa pengikat. Harganya pun bervariasi tergantung jenis batunya, tetapi yang pasti harga terendah setiap permata Rp.200.000,- dan harga tertinggi yang sudah laku sebesar Rp. 7.125.000,- itupun baru satu biji untuk sejenis permata yang menyerupai permata Junjug Derajat dengan keunikannya yang khas.

Untuk mempercepat proses pengolahan bongkahan menjadi batu permata, Lilik menggunakan jasa pengrajin lokal Sinjai dengan peralatan seadanya dan upahnyapun relatif lebih murah tanpa merinci besarannya, karena upah jasa itu berbeda dengan tarif yang dikenakan pada masyarakat umum yang hanya berstatus pemakai, sehingga demi kelangsungan dan kemajuan para pengrajin, Lilik tak ingin menjelaskan upah yang dibayarkan untuk setiap bongkahan.

Demikian halnya dengan Andi Paradilan asal Bone yang juga mengaku telah menelusuri semua sungai di Sinjai untuk mendapatkan bahan batu permata yang memiliki keunikan tersendiri dibanding batu permata serupa dari daerah lain, bahkan beberapa kolektor langganannya pernah diajak berpetualang menyaksikan keberadaan bahan batu permata sampai di Desa Lappa Cenrana Kecamatan Bulupoddo guna meyakinkan mereka jika permatanya bukan seperti yang disangkakan sebagai batu permata dari daerah lain yang sekarang lagi tenar di kalangan masyarakat pencinta permata.

Tidak disangkali, bahwa memang belum ditemukan satu area tersendiri yang menyimpan bahan batu permata di Kabupaten Sinjai, tetapi untuk menemukan berbagai jenis bahan batu permata, juga bukan hal yang sulit, sebab cukup dengan menelusuri pinggiran sungai, bahannya yang beragam sudah sangat mudah kita dapatkan tanpa merusak lingkungan, bahan itu biasanya berbentuk serpihan batu kecil, mulai dari yang berdiameter 2 cm sampai ukuran sebesar kepala orang dewasa, jadi memang dibutuhkan kejelian dan kepekaan dari para pencarinya. Tutur Paradilan yang diamini pengrajinnya.

Sedangkan bagi Heriyanto putra Daerah Sinjai yang sementara mengolah bongkahan di kediamannya, mengakui jika memang dalam beberapa waktu terakhir ini, dirinya sudah mulai merasa dikepung dengan kehadiran pengrajin dan pengumpul bahan batu permata dari luar daerah yang cenderung lebih gesit dan bersemangat, namun bagi Hery, kehadiran mereka di Sinjai justeru membawa berkah tersendiri, sebab mereka telah turut mempromosikan dan memasarkan batu permata asal Sinjai, sehingga permintaan pun ikut mengalami peningkatan yang kemudian memicu terjadinya kenaikan harga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun