Yesus menyentuh penderita kusta (Markus 1:41), meletakkan tangan di atas orang buta (Markus 8:22), dan memegang tangan putri Yairus (Lukas 8:54).
Kedua, Yesus membawa kembali "orang buangan" ke dalam masyarakat.Â
Melalui penyembuhan-Nya dengan sabda dan sentuhan, Yesus menolak gagasan bahwa penyakit dan disabilitas adalah akibat dari dosa. Pada masa itu, orang sakit dan cacat dianggap sedang dihukum oleh Tuhan dan dipisahkan dari umat Tuhan yang suci.Â
Saat murid-muridnya bertanya, "Tuhan, siapa yang berdosa, orang ini atau orang tuanya, sehingga dia dilahirkan buta?" (Yohanes 9: 2), Yesus menjawab, orang buta maupun orang tuanya tidak berdosa. Kebutaan itu terjadi "agar pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia" (Yohanes 9:3).
Menafsir wabah dan penyakit serta difabilitas
Wasana kata, penyakit dan disabilitas pada dasarnya adalah wujud penderitaan yang menjadi bagian dari hidup manusia di dunia. Dalam peristiwa tertentu, memang benar Tuhan menghukum melalui wabah dan penyakit. Akan tetapi, tujuannya adalah untuk mempertobatkan manusia.
Kutipan dari Kitab Nabi Yeremia 29:11 ini menegaskan bahwa rencana Tuhan baik adanya. "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan  apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan  yang penuh harapan."
Salam damai. Salam sehat untuk para sahabat pembaca tulisan ini.