Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Gentong Air Depan Rumah yang Nyaris Punah

7 April 2019   10:05 Diperbarui: 7 April 2019   10:18 2879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang narablog tidak tahu, entah masih ada atau tidak orang yang minum dari ember itu mengingat Haji Jirman juga pemilik toko kelontong yang menjual air minum dalam kemasan.

3. Gentong air jadi air minum dalam kemasan plastik

Rekan narablog di Kompasiana, Irwan Rinaldi mengisahkan pengalaman unik berikut dalam artikelnya ini :

"Ketika saya melewati jalan kecil di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, di pagar depan sebuah rumah digantung wadah yang memuat 16 gelas air mineral dalam kemasan.

Cara menggantungnya sedemikian rupa sehingga gampang terlihat oleh orang yang lewat serta juga gampang untuk diambil. Tentu juga di wadah itu sudah tersedia sedotannya.

Saya perhatikan para tukang bangunan yang bekerja membangun apartemen tak jauh dari situ, dan juga tukang ojek motor, menjadi "pelanggan" yang mengambil minuman gratis tersebut."

Kita patut menghargai niat mulia pemilik rumah di Tebet, Jaksel tersebut. Memang sih, akan lebih baik bila memberi air mineral tidak dalam kemasan plastik sekali pakai. Namun, itulah cara praktis yang ia pilih demi berbagi air kepada siapa pun yang kehausan, yang lewat di depan rumahnya.

Sungguh, suatu kebaikan istimewa di zaman kiwari, saat orang -orang makin tak peduli pada sesama manusia di sekitarnya.

Akhirul Kalam

Gentong air depan rumah memang makin punah. Di kebanyakan wilayah, ia sudah berubah jadi "gentong plastik" atau bahkan air minum dalam kemasan.

Perkembangan zaman memang sepertinya semakin tidak memungkinkan lagi orang-orang menaruh gentong air di depan rumah. Jalanan makin sempit. Lalu-lintas semakin padat. Orang usil makin banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun