Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Wisdom. URL https://www.kompasiana.com/bkuncoro

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Aksara yang Bercerita

8 September 2019   15:22 Diperbarui: 8 September 2019   15:21 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok-pri. Screenshoot Apps Aksara Jawa

Bagi para pengguna Microsoft Word versi lama, umumnya tidak asing dengan kalimat dalam bahasa Inggris diatas, dan mungkin bartanya-tanya apa maksud nya.  Kalimat ini lazim dikenal sebagai Pangram (artinya : suatu kalimat yang menggunakan semua huruf dalam suatu aksara paling tidak satu kali).  Dalam kalimat itu semua 26 aksara latin terpakai.  Hal ini yang membuat kalimat tersebut efektif untuk menampilkan Rupa Huruf, menguji alat, mengembangkan keterampilan tulisan tangan, Kaligrafi, dan mengetik, dll.  Tetapi coba perhatikan baik-baik. Ternyata huruf O dipakai 4 kali, aksara E dipakai 3 kali, aksara T & H masing-masing dipakai 2 kali, sedangkan yang lain 1 kali.  Didunia ini dikenal satu Pangram sempurna dimana semua 20 aksara dipakai hanya 1 kali, yaitu Aksara Jawa atau Hanacaraka.

Dok-pri. Screenshoot Apps Hanacaraka
Dok-pri. Screenshoot Apps Hanacaraka
Hanacaraka adalah salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan sejumlah bahasa daerah Indonesia lainnya seperti bahasa Sunda dan bahasa Sasak. Aksara tradisional ini berkerabat dekat dengan Aksara Bali.  Berkerabat jauh dengan Aksara Batak, Aksara Makasar bahkan Aksara Baybayin (Philipina).  Itulah mengapa Bahasa Tagalog kedengarannya familiar.  Dan mereka semua berindukkan Bahasa Brahmi/Palawa.

Menelisik asal-usul Hanacaraka tidak terlepas dari legenda Ajisaka.  Menurut cerita, Ajisaka adalah seorang Sakti Mandraguna dari Negara Manca (dipercaya India).  Dia sudah lama mendengar ada suatu pulau besar dan panjang (dawa jawa, dipercaya saat itu masih menyatu dengan Sumatra) yang dihuni oleh semacam mahluk pemakan manusia (Dewata Cengkar).  Maksut dari kiasan ini adalah saat itu Pulau Jawa masih perawan sehingga orang-orang yang mencoba masuk dan menaklukkannya biasanya tidak selamat kembali.  Singkat cerita, Ajisaka ingin menjinakkan (atau mengkoloni?) Pulau Jawa.  Kemudian dia berangkat bersama 4 abdi nya Dora, Sembada, Duga, Prayoga.  Ini dapat diartikan, Dia diiringi 4 batalion pasukan atau 4 kapal.  Kemudian mereka beristirahat di sebuah pulau (diduga sekitar Sulawesi).  Selanjutnya Ajisaka melanjutkan perjalanan dengan 2 abdinya.  Mungkin ini adalah bagian dari strategi penaklukan, agar Dia masih mempunyai pasukan cadangan bila diperlukan.

Sebelum kembali berlayar Ajisaka menitipkan pusaka kepada dua abdi yang ditinggalkan agar menjaga dan berpesan tidak boleh memberikan kepada orang lain selain dirinya.  Singkat cerita Ajisaka, berhasil menaklukan Pulau Jawa, meskipun tidak mudah.  Dalam legenda, Dia menantang Dewata Cengkar dalam suatu permainan menggunakan sorban kepalanya, yang ternyata setelah digelar, panjangnya sampai ke laut.  Ini artinya, perebutan kekuasaan dilakukan menggunakan siasat dan senjata mulai dari tengah hutan pedalaman sampai pinggir laut.

Setelah beberapa lama berinteraksi dengan budaya asli setempat, Ajisaka kemudian mengutus abdinya untuk mengambil pusaka yang dititipkan di sebuah pulau itu.  Mengenai siapa yang diutus, di sini pun banyak versinya.  Tetapi secara filosofis  keempat abdi ini adalah unsur-unsur yang ada dalam diri manusia.  Dora dan Sembada adalah mewakili unsur 'Yin" sedangkan Duga dan Prayoga mewakili unsur "Yang".  Selanjutnya utusan Ajisaka ini berangkatlah dari Jawa untuk menemui abdi yang ditinggalkan.  

Saat bertemu ternyata masing-masing berpegang teguh pada titah Ajisaka dan merasa benar sendiri.  Kemudian terjadilah ketegangan dan pertempuran, dan berakhir dengan kematian kedua belah pihak.  Tragedi kematian karena perebutan pusaka ini bisa dibaca : bahwa kebudayaan asal dari Negri Manca sudah seharusnya melebur dalam wujud kebudayaan gabungan yang baru, yaitu yang dikenal sebagai aksara Hanacaraka.  Ajisaka secara puitis yang indah dan secara filosofis nan dalam, mengabadikannya dalam sebuah Pangram sempurna : Ha Na Ca Ra Ka, ada abdi/utusan; Da Ta Sa Wa La, saling berpegang teguh pada perintah; Pa Da Ja Ya Na, Sama-sama kuat; Ma, Ga, Ba, Ta, Nga, akhirnya sama-sama mati.

Mungkin di dunia ini hanya Aksara Jawa yang asalnya di ambil dari sebuah puisi yang bercerita.  Secara filosofis mengandung makna, bahwa manusia hanyalah seorang abdi dari Tuhan yang Maha Kuasa.  Dalam hidupnya di dunia dibekali oleh Tuhan Yang Maha Bijaksana dengan Ajaran (Agama) dan beberapa unsur/nilai intrinsik.  Ajaran (Agama) harus dipegang teguh.  Sedangkan unsur/nilai intrinsik harus digunakan secara seimbang.  Jumlah Aksara Hanacaraka yang 20 itu bisa diartikan sebagai 2 x 10.  Sedangkan 10 sendiri adalah sebuah angka sempurna Binary.  Jadi maksutnya di dunia ini ada 2 kesempurnaan yang harus digapai yaitu kesempurnaan dalam mengenal Tuhan dan kesempurnaan dalam megenal diri sendiri.

Jika kita gali lebih dalam dari sisi matematis dan geometris, kita akan makin mengagumi Kearifan Ajisaka dan Hanacarka.  Penanggalan kuno Jawa, yang sampai saat ini masih digunakan di beberapa tempat, dikenal juga dengan tahun Saka.  Perhitungan kalender Saka bisa dirunut dari Hanacaraka ini.  Secara geometris larik-lariknya membentuk bangunan 5x4 (20) yang rasionya mendekati 'golden number' Fibonaci.  Lalu perhatikan formula ini : 20 =  8 + 12;  12 = 7 + 5.  Angka-angka ini menunjukkan bahwa 1 windu terdiri dari 8 tahun dan 1 tahun terdiri dari 12 bulan.  Sedangkan dalam 12 bulan terdiri dari beberapa minggu yang masing-masing minggu terdiri dari 7 hari.  Sedangkan angka 5 merujuk pada pasaran : Manis, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Hanacaraka sejak 2 Oktober 2009 telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.  Dan UNICODE (lembaga dalam naungan UNESCO yang menangani standar kode aksara pada komputer seluruh dunia) telah resmi memasukkannya ke dalam sistem komputer.  Sejak itu paling tidak sudah 8 aplikasi yang bisa di download di Google Play Store.  Dengan perkembangan yang menggembirakan ini, mempelajari Hanacaraka menjadi lebih mudah.  Bahkan suatu jaringan global, Matador Network, menobatkan Hanacaraka menjadi salah satu aksara paling cantik di Dunia.

Hanacaraka merupakan Budaya Agung yang menjadi salah satu ciri Bangsa Indonesia.  Diharapkan dengan sosialisasi yang bergulir terus menerus, Hanacaraka tidak akan punah, malah semakin dihargai dan digunakan secara lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun