Dalam hidup yang tergelar ini manusia selalu bertemu dan mengalami hal yang serba dua ( sarwo loro ). Manis-pahit, suka-duka, baik-jahat, keberuntungan-kemalangan, jaya-celaka, mulia-hina, sukses-gagal, sehat-sakit, pujian-cacian, dan sebagainya.
Yang serba dua itu adalah bajunya HIDUP ( sandangane URIP ). Jadi manusia tidak mungkin bisa menghindar,menolak ataupun mengingkarinya.
Idealnya manusia harus bisa menerima keduanya. Tidak bisa menerima yang suka-suka saja dan menolak yang duka-pahit-sakit. Jika hanya mau menerima yang satu dan menolak yang lainnya, maka niscaya hidup manusia itu berada dalam ketidakseimbangan, salah satu wujudnya adalah dia tidak mampu berdamai dengan dirinya sendiri.
Yang serba dua itu juga temporer sifatnya. Karena tidak ada kondisi yang buruk berlangsung selamanya atau baik selamanya. Pasti pada satu titik tertentu ada kondisi yang berlawanan dengan kondisi yang sedang berlangsung.
Kesadaran untuk menerima yang serba dua itu melahirkan sikap SABAR, NERIMO, IKHLAS KANTHI NGALAH & WELAS ASIH.
Siapakah orangnya yang bisa mencapai kesadaran seperti itu? Merekalah yang sudah manunggal dengan hidupnya (MANUNGGAL KELAWAN URIPE). Mereka yg sudah MANUNGGAL dirinya terjaga 24 jam dalam hidupnya untuk selalu bisa menerima yang serba dua itu dengan hati & jiwa yg terbuka. Dihina tidak merana, dipuja biasa saja.
Rahayu, KeparengE.