Mohon tunggu...
K Arya Bisma
K Arya Bisma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang mahasiswa rantauan, yang mencoba hidup di dunia yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Millenials and Technology Featuring Older Generations in Research

10 September 2020   00:16 Diperbarui: 10 September 2020   00:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membahas soal riset dan teknologi, pasti tidak jauh jauh dengan yang namanya mahasiswa. Selain itu, keterakaitan mahasiswa juga sering dihubung hubungkan dengan yang namanya sebutan Millenials. Millenials yang berarti masyarakat yang lahir dikisaran tahun 1980-an sampai awal 2000-an memang kerap dihubungkan dengan bagaimana teknologi dan riset di dunia ini berkembang terkhususnya di zaman sekarang. 

Banyak masyarakat menstereotipkan Millenials bahwa mereka ini lebih inovatif, lebih kreatif, dan lebih melek teknologi. Alasan dibalik stereotip ini karena generasi ini lahir disaat perkembangan teknologi berkembang sangat pesat sehingga mereka terbiasa beradaptasi dengan teknologi teknologi baru dan juga karena diera ini bisa dibilang generasi ini berada di kisaran usia produktif awal, membuat mereka masih memiliki pikiran pikiran yang

Pemahaman tentang teknologi ini sangat penting untuk dikuasai dizaman yang serba digital ini. Menurut data survey penggunaan TIK dari Kominfo, 66,36% masyarakat Indonesia sudah memiliki smartphone sebagai kebutuhan untuk menunjang kegiatan sehari hari mereka. Bukan hanya membantu kegiatan sehari hari, tapi dalam dunia riset-pun penggunaan teknologi ini bisa sangat membantu. 

Salah satu pemanfaatan teknologi dalam dunia riset adalah penggunaan google forms. Bayangin dulu kita untuk melakukan survey sosial atau masyarakat kita harus turun kelapangan dan membagikan ataupun menanyakan masyarakat satu persatu. 

Dengan google forms hal itu bisa dilakukan lebih mudah dan efisien dengan membagikan link forms yang kita buat dan dibagikan melalui platform social media yang menurut hasil riset Wearesosial Hootsuite, pengguna sosial media aktif di Indonesia sebanyak 150 juta atau 56% dari total populasi. 

Hal ini bisa menghemat waktu dan tenaga kita dalam melakukan riset lapangan. Jadi peran kita sebagai Millenials yang dekat dengan teknologi sangat signifikan dengan penggerakan iklim riset di Indonesia. Tetapi, permasalahannya generasi ini, yang bisa dibilang baru terjun dikolam kerisetan, rata rata masih minim pengalaman yang membuat permasalahan baru, bagaimana kita bisa yang baru basah ini terjun dan meningkatkan iklim riset di Indonesia ?

Generasi yang lebih tua, atau kita sebut "senior" adalah salah satu solusinya. Senior kita yang idealnya lebih berpengalaman dan berwawasan bisa membantu kita dalam terjun di dunia riset ini. Bagaimana ?

Dengan kolaborasi antara Millenials dan senior bisa saling mengisi kekurangan dari masing masing generasi. Kita tahu, ada juga stigma masyarakat tentang generasi senior atau bisa dibilang "orang tua" yang belum terlalu melek dengan teknologi. Kondisi ini bisa kita manfaatkan dengan kolaborasi antar 2 kelompok masyarakat yang bisa saling mengisi.

Salah satu contohnya dalam riset ada beberapa kaidah yang harus dipahami, salah duanya misal bagaimana mengambil kesimpulan dari sebuah hasil penelitian atau bagaimana menentukan metode penelitian yang baik untuk riset. Dalam hal itu, pengalaman diperlukan dalam menentukan kaidah kaidah tersebut. 

Di samping itu, kemampuan Millenials dalam membuat sebuah inovasi dan pemanfaatan teknologi bisa digunakan untuk menunjang riset tersebut. Seperti di era sekarang, banyak kaum kaum Millenials mengeluarkan ide dan inovatif mereka dalam pengembangan riset, salah satunya CEKMATA merupakan salah satu startup company yang dibuat oleh kaum remaja untuk membantu masyarakat untuk mendeteksi katarak mata dan luka diabetes melalui aplikasi smartphone.

Jadi sebenarnya kita kaum Millenials punya peran penting dalam dunia riset ini, terkhususnya di Indonesia. Selain itu, keminderan kaum remaja yang baru terjun dan bingung dalam memulai riset bisa diatasi dengan kolaborasi tadi, sehingga kebingungan dan minder ini bisa dihilangkan dan tetap meningkatkan iklim riset di Indonesia. Semoga dengan kolaborasi ini dapat meningkatkan iklim riset di Indonesia dan bisa meningkatkan kinerja kita sebagai remaja maupun senior kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun