Mohon tunggu...
el lazuardi daim
el lazuardi daim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis buku SULUH DAMAR

Tulisan lain ada di www.jurnaljasmin.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Fenomena Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu Masyarakat Indonesia di Era Kekinian

22 Februari 2021   12:00 Diperbarui: 22 Februari 2021   12:18 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari unesco.org/kompas.com

Faktor lingkungan baik tempat kerja maupun lingkungan rumah juga mempengaruhi budaya berbahasa masyarakat.

Mayoritas sekolah dan perkantoran mengajak untuk berbahasa Indonesia  bagi setiap orang yang berada di lingkungan itu.

Demikian juga suasana di tempat tinggal.Saat ini ketika pergerakan manusia makin masif dan terjadi interaksi lintas etnis seperti karena perkawinan.Maka pemakaian bahasa Indonesia merupakan keharusan guna menghindari kebuntuan dan kesalahpahaman ketika  berkomunikasi.

Semakin berkurangnya pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa ibu tentu saja menyebabkan makin sedikitnya penuturnya.Bila dibiarkan  bisa berakibat kepunahan dari bahasa-bahasa itu.

Fenomena makin sedikitnya penutur sejumlah bahasa daerah ini tentu saja menjadi keprihatinan kita bersama.Adalah sebuah kerugian besar bila sampai bahasa-bahasa daerah itu harus punah.Padahal bahasa daerah adalah salah satu kekayaan intelektual yang kita miliki.

Menurut catatan sebuah lembaga riset linguistik dan telaah bahasa,Ethnologue seperti ditulis laman katadata.co.id ragam bahasa di Indonesia berjumlah 707 bahasa Dan 76 diantaranya terancam punah karena tak lagi digunakan.

Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk menanggulanginya.Yakni dengan meningkatkan kecintaan terhadap bahasa daerah itu sendiri.Baik dalam pergaulan di keluarga sendiri maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Tanamkan kebanggaan berbahasa daerah dengan menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa ibu.Terutama dalam pengasuhan dan pengajaran anak usia dini.Sehingga kekayaan budaya milik kita ini bisa terus terjaga dan diwariskan ke generasi mendatang.

Ayo bergerak! Buang malu dan gengsi!,Kalau bukan kita siapa lagi yang akan menyelamatkan bahasa-bahasa itu.

Yogyakarta,22022021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun